Kerajaan Demak atau Kasultanan Demak memegang peran penting dalam perkembangan agama Islam di Jawa. Berikut ini kisah hidup raja pertama kerajaan Demak, Raden Patah pendiri Masjid Agung Demak yang juga menjadi tempatnya dimakamkan.
Dikutip dari F. Taufiq El Jaquene dalam bukunya Demak Bintoro, Kerajaan Islam Pertama di Jawa dari Kejayaan hingga Keruntuhan, berikut ini sejumlah fakta tentang Raden Patah. Lengkap mulai dari asal usul hingga keturunannya.
Lahir dari seorang Selir Tionghoa Raja Terakhir Majapahit
Ada beberapa versi terkait asal usul Raden Patah. Menurut sumber dari Babad Tanah Jawi, Raden Patah merupakan putra dari Bhre Kertabhumi atau Brawijaya V yang dipercaya sebagai raja terakhir Majapahit. Ibu Raden Patah yakni seorang selir yang merupakan selir Tionghoa, putri dari Kiai Batong atau Tan Go Hwat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Purwaka Caruban Nagari, nama asli selir tersebut yakni Siu Ban Ci. Ibundanya yang berarti juga merupakan nenek Raden Patah bernama Siu Te Yo.
Tan Go Hwat merupakan saudagar dan ulama bergelar Syaikh Bantong atau Kiai Batong.
Kecemburuan Permaisuri Berujung Selir 'Disingkirkan'
Berawal dari kecemburuan permaisuri Ratu Dwarawati, Brawijaya terpaksa menyerahkan selirnya yang sedang mengandung Raden Patah itu kepada seorang adipati di Palembang bernama Arya Damar.
Setelah Raden Patah Lahir, Siu Ban Ci dinikahi oleh Arya Damar.
Berdasarkan catatan Kronik Tiongkok dari Kuil Sam Po Kong, Raden Patah merupakan putra Kung Ta Bu Mi atau Bhre Kertabumi atau Brawijaya V, Raja Majapahit dari selir Tiongkok.
Raden Patah lahir pada tahun 1455 M. Sosok mudanya memiliki nama panggilan Jin Bun.
Versi ini menyebut Selir Tiongkok ibu Raden Patah diberikan kepada seorang berdarah setengah Tiongkok bernama Swan Liong di Palembang. Swan Liong merupakan putra Yang Wi Si Sa alias Hyang Purwawisesa atau Brawijaya III dari selir Tiongkok.
Dari perkawinan kedua, sang selir melahirkan putra bernama Kin San atau Raden Kusen.
F. Taufik menyebut benang merah dari kedua versi ini yakni Raden Patah lahir saat Bhre Kertabhumi belum menjadi raja.
Kembali pada sumber Babad Tanah Jawi, Raden Patah lantas menggantikan Arya Damar menjadi Adipati Palembang. Namun kemudian Raden Patah ditemani adiknya, Raden Kusen, kabur ke Pulau Jawa.
Keduanya berguru ke Sunan Ampel di Surabaya hingga akhirnya Raden Patah pindah membuka hutan Glagahwangi di Jawa Tengah mendirikan pesantren, sementara Raden Kusen mengabdi ke Majapahit.
Dari situlah menjadi cikal bakal berdirinya daerah dan Kerajaan Demak.
Seiring dengan berkembangnya Pesantren Raden Patah di Glagahwangi, Brawijaya di Majapahit khawatir Raden Patah akan memberontak.
Simak lebih lengkap di halaman berikutnya...
Raden Kusen yang saat itu menjadi Adipati Terung diperintahkan untuk memanggil Raden Patah. Dalam pertemuannya, Brawijaya terkesan dengan kewibawaan Raden Patah hingga akhirnya mengakuinya adalah putranya sendiri.
Raden Patah lantas diangkat menjadi bupati. Sementara pesantren yang ada di Glagahwangi diubah namanya menjadi Demak dengan ibukota bernama Bintara.
Versi Kronik Tiongkok tentang Pindahnya Raden Patah dari Surabaya
Raden Patah atau Jin Bun pindah dari Surabaya ke Demak pada 1457 M. Jib Bun lalu menaklukkan Semarang pada 1477 M. Semarang lantas menjadi bawahan Demak.
Penaklukan di atas membuat Bhre Kertabhumi di Majapahit resah. Namun akhirnya Bhre Kertabhumi bersedia mengakui Raden Patah sebagai putranya atas bujukan Sunan Ampel. Raden Patah lalu resmi menjadi bupati di Bing Tolo (Bontoro).