Tragedi Halloween maut di Itaewon, Seoul, Korea Selatan atau Korsel, yang menewaskan 153 orang. Aparat disebut masih menyelidiki kejadian ini, tapi keberadaan polisi dalam tragedi tersebut dipertanyakan.
Dilansir detikNews, YTN News melaporkan dalam dokumen yang diunggah dua hari sebelum acara polisi mengatakan mereka hanya berencana menghadirkan 200 petugas untuk acara Halloween Itaewon. Jumlah personel itu dinilai menunjukkan kurangnya perencanaan dan mengabaikan keselamatan.
"Ini adalah bencana buatan manusia yang dipicu oleh kurangnya kesadaran tentang keselamatan," kata seorang profesor di Universitas Transportasi Nasional Korea, Shin Dong-min, kepada TV nasional Korea Selatan, YTN News, seperti dikutip AFP.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penyelenggara Itaewon dan pejabat pemerintah seharusnya lebih mempersiapkan diri menghadapi kerumunan massa," katanya.
Untuk diketahui, warga membanjiri distrik klub malam Itaewon pada Sabtu (29/10) malam untuk menikmati perayaan Halloween. Perayaan ini menjadi yang pertama di Korea Selatan sejak batasan kerumunan dan aturan masker wajah yang diberlakukan oleh pandemi COVID-19 dicabut.
Saksi mata mengatakan bahkan sebelum kekacauan terjadi, jalan-jalan sempit sudah sangat dipadati oleh pengunjung. Sehingga pengunjung saat itu sudah sulit untuk bergerak.
"Saya melihat orang-orang pergi ke sisi kiri dan saya melihat orang itu menuju ke sisi yang berlawanan. Jadi, orang yang di tengah macet, jadi tidak bisa berkomunikasi, tidak bisa bernapas," kata seorang saksi bernama Sung Sehyun kepada CNN.
Sementara itu, video yang diposting ke media sosial menunjukkan orang-orang melakukan CPR pada pengunjung pesta lainnya yang tergeletak di tanah saat mereka menunggu bantuan medis.
"Kami melihat adegan dari film ... seperti hal-hal yang terjadi selama perang," kata saksi Park Jung-Hoon (21) kepada Reuters.
"Mereka melakukan CPR di sana-sini dan orang-orang bergegas masuk karena tidak ada yang dikendalikan. Itu benar-benar di luar kendali."
(sip/sip)