Pantauan detikJateng, Sabtu (29/10/2022), bangunan masjid itu berlokasi di Desa Cindaga, Kecamatan Kebasen Banyumas. Bangunan masjid itu didominasi warna cat putih dan dihiasi keramik bermotif.
Tak ada plang nama di pagar masjid. Plang masjid bernama Prof Sugiyono-Rusti itu hanya ada di bagian atas pintu utama masjid.
Dari luar bangunan, masjid itu tampak megah. Atap bangunan masjid merupakan mustaka bersusun namun memiliki kubah.
Tak hanya pada bangunan utama, dua menara di depan juga terdapat mustaka sekaligus kubah. Masjid itu memiliki luas bangunan 350 meter persegi dan berdiri di atas tanah seluas 1.300 meter persegi.
Ada juga sumber air bersih berupa Pamsimas di bagian halaman masjid. Sumur ini dibangun dengan bantuan dana dari APBN.
"Kami sangat berterima kasih tentunya ya, dari Pak Profesor itu desa kami Cindaga sekarang ada namanya sumur air bersih, itu berkat kedekatan dia dengan Menteri Desa. Pak Profesor menghibahkan tanah di belakang masjid dibantu pembangunannya dengan dana APBN berkat komunikasi beliau," tutur Sekretaris Desa Cindaga Dwi Prasetyo kepada detikJateng.
![]() |
Dwi menyebut pembangunan masjid Prof Sugiyono-Rusti ini murni didanai oleh Prof Sugiyono tanpa melibatkan warga setempat. Dwi mengatakan biaya yang dihabiskan untuk membangun masjid itu mencapai Rp 2 miliar.
"Menurut Pak Profesor dulu sempat cerita, awalnya beliau menganggarkan 1,5 miliar untuk pembangunan masjid, tapi membengkak info terakhir Rp 2 miliar. Masyarakat tidak sama sekali ditarik, sama sekali tidak minta sumbangan, murni Prof Sugiyono," terang dia.
Dwi menyampaikan pembangunan masjid itu dilakukan Sugiyono dari hasil royalti buku-buku karangannya.
"Di menyampaikan, 'pembangunan masjid ini kami bangun dengan uang best seller, bukan gaji saya, dari hasil penjualan buku insyaallah halal', kalau tidak salah seperti itu," ucap Dwi.
Saat ini masjid itu pun sudah dimanfaatkan warga untuk kegiatan ibadah. Warga, kata Dwi, merasa bersyukur memiliki masjid yang nyaman digunakan beribadah.
"Sekarang begitu ada masjid itu nyaman sekali. Jumatan di masjid desa ya nggak penuh, di masjid Prof Sugiyono juga sekarang untuk Jumatan ya langsung ramai warga situ langsung menggunakan masjid itu," kata Dwi.
(ams/ams)