Angkutan tanah uruk untuk keperluan proyek tol Jogja-Solo di Klaten dilarang beroperasi saat jam sibuk sekolah. Pelarangan itu merupakan hasil kesepakatan yang dan tuangkan dalam MOU Pemkab Klaten dengan pelaksana jalan tol.
"Pembatasan jam operasional untuk tanah uruk yang jelas tidak di jam-jam anak sekolah sibuk. Mereka sudah sepakat, kalau kemarin kan belum sepakat," kata Plt Kepala Dinas PUPR Pemkab Klaten, Suryanto, Sabtu (22/10/2022) siang.
Menurut Suryanto, antara Pemkab dan pelaksana sudah ada perjanjian kerjasama yang secepatnya ditandatangani.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Intinya surat perjanjian kerja sama itu, khusus angkutan uruk harus melalui jalur yang sudah disepakati. Banyak, ada sekitar 50 ruas," papar Suryanto.
Selain itu, sambung Suryanto, pelaksana jalan tol bertanggung jawab memelihara jalan yang dilalui.
"Untuk pemeliharaan jalan tersebut menjadi tanggung jawab PT bersama pemborong. Itu harga mati tapi yang di jalurnya dia (pelaksana)," sambung Suryanto.
Saat ini, ungkap Suryanto, MOU sudah final dan tinggal ditandatangani bersama. "Paling lambat pekan depan ditandatangani. Kita sudah sepakat," imbuh Suryanto.
Diwawancarai terpisah, Kepala Dinas Perhubungan Pemkab Klaten, Supriyono menjelaskan jam sibuk sekolah yang dimaksud itu mulai pukul 06.00-07.30 WIB.
"Mulai pukul 06.00-07.30 WIB, nanti kita yang memantau di lapangan," kata Supriyono kepada detikJateng.
Sebelumnya diberitakan, penambangan tanah uruk untuk proyek jalan tol Jogja-Solo di Kecamatan Bayat, Klaten, Jawa Tengah, membuat jalan desa licin alias mletre. Penyebabnya, jalan desa yang dilalui truk tersebut diuruk dengan tanah bercampur padas.
"Kalau mletre sudah sejak awal sebulan lebih. Katanya untuk uruk proyek tol di Kecamatan Ngawen," kata Indro, warga Desa Kebon, Bayat, saat ditemui detikJateng di lokasi, Jumat (15/7).
Dijelaskan Indro, jalan untuk lewat truk yang semula berlubang diuruk dengan tanah. Tapi saat hujan menjadi licin.
"Ya jadi becek saat hujan, ini tadi sudah halus setelah digilas dan diuruk lagi. Harusnya kan diuruk grasak (pasir batu) dari dulu," ujar Indro.
(dil/dil)