Capai 152 Kasus, Begini Nasib Pasien Gangguan Ginjal Akut Misterius di RI

Capai 152 Kasus, Begini Nasib Pasien Gangguan Ginjal Akut Misterius di RI

Tim detikHeatlh - detikJateng
Minggu, 16 Okt 2022 17:04 WIB
Doctor hands holding kidneys shape. Health care, medical insurance concept.
Ilustrasi. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Marcela Ruth Romero)
Solo -

Kasus gangguan ginjal akut misterius menghebohkan Indonesia dengan temuan mencapai 152 kasus. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan beberapa pasien mengalami ginjal pulih total, yang lain menjalani terapi intensif selama beberapa bulan.

"Pada pasien yang sudah sembuh kami melihat bahwa fungsi ginjalnya mayoritas pulih total, jadi tidak lagi ada terapi dalam jangka panjang. Butuh waktu mungkin satu sampai tiga bulan untuk pemulihan," ungkap Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI dr Eka Laksmi Hidayati, SpA(K) dalam konferensi pers virtual, Jumat (14/10/2022) seperti dilansir detikHealth.

"Jadi ketika ada pasien sudah pulang dari rumah sakit tapi masih menjalani terapi itu ada. Kemudian pemulihan di atas tiga bulan, ada yang masih tiga bulan masih menjalani terapi intensif. Tapi sudah rawat jalan," sambungnya.

Dalam kesempatan sebelumnya, dr Eka juga sempat menjelaskan bahwa pada pasien-pasien gangguan ginjal akut misterius, terjadi komplikasi pada organ tubuh selain ginjal. Di antaranya penggumpalan darah yang berlebihan.

Namun hingga laporan terakhirnya, belum ada simpulan terkait penyebab kasus tersebut mengacu pada investigasi yang sudah dijalankan.

"Ketika kami melakukan pemeriksaan secara mendetail laboratorium dan kami mengamati gejala klinisnya dalam perjalanannya di rumah sakit, mereka ini sebenarnya mengalami apa yang kami sebut dengan peradangan di banyak organ. Ada tanda-tanda peradangan di hatinya juga, kemudian ada juga gangguan dalam sistem darahnya," jelasnya dalam konferensi pers, Selasa (11/10).

"Jadi memang sepertinya ini bukan hanya melibatkan organ ginjal, meskipun manifestasi awalnya memang semuanya itu di ginjal. Tapi yang kita dapatkan adalah sebetulnya terjadi ada keterlibatan organ-organ lain. Kami melihat anak-anak ini pada perjalanannya terjadi penurunan kesadaran," pungkas dr Eka.




(aku/aku)


Hide Ads