Sejarah Sarekat Islam Surakarta dan Kisah Kiai Haji Samanhudi

Sejarah Sarekat Islam Surakarta dan Kisah Kiai Haji Samanhudi

Tim detikEdu - detikJateng
Sabtu, 15 Okt 2022 01:01 WIB
Pendiri Sarekat Dagang Islam, Haji Samanhudi
Pendiri Sarekat Dagang Islam, Haji Samanhudi. Foto: Dok. Facebook DPP Syarikat Islam
Solo -

Sarekat Islam atau Syarikat Islam (SI) awalnya bernama Sarekat Dagang Islam (SDI), didirikan oleh Kiai Haji Samanhudi di Surakarta atau Solo pada 16 Oktober 1905. Berikut sejarah Sarekat islam Surakarta yang kini kembali ke khitah sebagai gerakan dakwah ekonomi.

Sejarah Sarekat Islam dari Surakarta

Dilansir situs web Syarikat Islam, organisasi yang semula bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) itu didirikan KH Samanhudi dan kawan-kawan itu adalah wadah bagi perkumpulan pedagang Islam yang menentang politik ekonomi Belanda pada awal abad ke-20. Saat itu Belanda memberi keleluasaan masuknya pedagang asing untuk menguasai sektor ekonomi rakyat.

Dalam kongres pertama SDI di Solo tahun 1906, nama SDI diganti menjadi Sarikat Islam (SI). Enam tahun kemudian, tanggal 10 September 1912, berkat keadaan politik dan sosial pada masa tersebut HOS Tjokroaminoto menghadap notaris untuk membuat Sarikat Islam sebagai Badan Hukum dengan Anggaran Dasar SI yang baru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

SI baru tersebut mendapatkan pengakuan dan disahkan oleh pemerintah kolonial Belanda pada 14 September 1912.

"Sejak Majlis Tahkim ke-40 di Bandung pada tahun 2015 telah mengukuhkan Dr. Hamdan Zoelva, SH., MH. sebagai Ketua Umum Laznah Tanfidziyah. Melalui keputusan tertinggi organisasi tersebut, Syarikat Islam kembali ke khitah sebagai gerakan dakwah ekonomi," dikutip dari si.or.id pada Jumat (14/10/2022).

ADVERTISEMENT

Dalam situs resmi SI tersebut, dicantumkan 5 khitah atau garis Haluan SI, yaitu:

  • Mengembangkan jiwa dagang.
  • Membantu anggota-anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha.
  • Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya derajat rakyat.
  • Memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama Islam.
  • Hidup menurut perintah agama.

Sejarah Singkat KH Samanhudi

Dilansir detikEdu yang mengutip Buku Pintar Mengenal Pahlawan Indonesia karya Suryadi Pratama, Kiai Haji Samanhudi lahir di Solo pada 1868. Nama kecilnya Sudarno Nadi.

Setelah tak tamat sekolah dasar formal era kolonial, Sudarno Nadi memperdalam ilmu agama ke Surabaya. Selain itu, ia juga mulai terjun dalam kegiatan berdagang batik yang digeluti oleh ayahnya Haji Muhammad Zen.

Singkat cerita, karier berdagang batiknya berkembang pesat. Pergaulannya dengan para pedagang batik juga sangat luas. Samanhudi pun mengembangkan sendiri usahanya dan semakin dikenal dalam dunia perdagangan batik.

Perjalanan KH Samanhudi selanjutnya ada di halaman berikutnya...

Menggeluti dunia bisnis batik membuat Samanhudi menyadari bahwa pedagang-pedagang Islam pada masa itu mendapat diskriminasi dari pemerintah Belanda dibandingkan pedagang dari Tionghoa pada tahun 1905.

Oleh sebab itu, Samanhudi merasa pedagang pribumi harus memiliki organisasi sendiri untuk membela kepentingan rakyatnya. Mulanya ia membentuk kelompok Rekso Roemekso, yaitu kelompok ronda untuk melindungi para pedagang batik di Solo dari ancaman perampok.

Pada tahun 1911, Samanhudi mengubah Rekso Roemokso menjadi Sarekat Dagang Islam di Surakarta bersama dengan H.O.S Tjokroaminoto dan R.M Tirto Adhi Suryo. Ia pun ditunjuk menjadi ketua dari organisasi yang beranggotakan para pedagang tersebut.

Samanhudi menjabat sebagai ketua organisasi Sarekat Dagang Islam pada tanggal 10 September 1912-1914. Di sela-sela kepemimpinannya, atas saran Tjokroaminoto, SDI berganti nama menjadi Sarekat Islam (SI) pada 10 September 1912.

Kepemimpinan Samanhudi tidak berlangsung lama, apalagi kesehatannya mulai terganggu yang membuatnya tidak dapat aktif lagi dalam organisasi tersebut. Hingga Tjokroaminoto yang semula hanya seorang komisaris, kemudian diangkat menjadi ketua menggantikan Samanhudi.

Setelah SI di bawah kepemimpinan Tjokroaminoto, SI semakin berkembang menjadi organisasi massa terbesar di Hindia Belanda. Bahkan SI atau dulu disebut Sarekat Dagang Islam mulai menyatakan diri sebagai organisasi politik yang akan membebaskan rakyat Indonesia dari penjajahan pada tahun 1917.

Halaman 2 dari 2
(dil/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads