Sekjen PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menyebut ada kepentingan Amerika Serikat (AS) di balik retaknya hubungan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Hasto mengatakan hal itu merespons pernyataan politikus NasDem Zulfan Lindan.
"Apa yang disampaikan Bang Zulfan Lindan betul," kata Hasto, seperti dikutip dari detikNews, Rabu (28/9/2022).
Hasto menceritakan adanya kepentingan AS melalui Bush di antara kedua mantan presiden ini. Menurut Hasto, Megawati dinilai tak sejalan dengan kepentingan nasional AS, kemudian preferensi politik negara adikuasa itu beralih ke SBY.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hubungan secara pribadi antara Ibu Mega dan George W. Bush baik dan secara personal dekat. Namun menyangkut urusan berbangsa dan bernegara, Ibu Mega sangat kokoh pada prinsip. Kebijakan luar negeri Ibu Megawati banyak yang tidak sejalan dengan kepentingan nasional AS. Atas dasar hal tersebut, maka preferensi politik AS kemudian beralih ke SBY," ujarnya.
Soal Penyerahan Blok Cepu ke AS
Hasto mengungkit saat era SBY cadangan minyak Blok Cepu diserahkan ke ExxonMobil, perusahaan energi berkantor pusat di AS. Penyerahan Blok Cepu itu disebut Hasto sebagai hadiah politik.
"Karena itulah hanya beberapa saat setelah Pak SBY menjadi presiden, Blok Cepu diserahkan ke ExxonMobil sebagai hadiah atas dukungan Amerika Serikat terhadap Pak SBY," katanya.
Hasto mengatakan hal serupa juga pernah dia dengar dari KH Hasyim Muzadi, ketum PBNU saat itu. Hasto menceritakan Hasyim menyampaikan itu di satu momen usai perhitungan cepat hasil Pilpres 2004 silam.
"Beliau pakai baju putih, di atas kursi goyang mengatakan kepada saya, 'Mas Hasto, Pak SBY ini utang budi ke banyak pihak, khususnya AS, nanti kita lihat pemerintahan ini ke depan, pasti akan menghadapi banyak tekanan internasional'. Saat itu kalau tidak salah ada sekretaris beliau, Mas Edo," ujarnya.
Hasto menyebutkan ada sejumlah hal yang membuat AS dianggap menjadi tak 'welcome' dengan Mega. Salah satunya tak terlepas dengan urusan penyerahan Blok Cepu ke ExxonMobil.
"Dalam Pertemuan Bali Concorde di Bali tahun 2003, saat George Bush minta agar Blok Cepu diberikan ke ExxonMobil, tetapi Ibu Mega mengatakan bahwa blok minyak tersebut milik Pertamina," kata anggota DPR periode 2004-2009 ini.
"Ketika SBY jadi Presiden, dirut Pertamina yang ditunjuk zaman Bu Mega menolak, lalu diganti sama SBY dan akhirnya Blok Cepu diberikan ke AS sebagai 'upah politik' sebagaimana disampaikan saat itu oleh almarhum KH Hasyim Muzadi," sambungnya.
Hasto mengungkap beberapa hal yang melatarbelakangani retaknya hubungan Mega dengan AS, simak di halaman selanjutnya...