Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Tengah mengimbau pemerintah untuk bisa terus menjaga stabilitas harga pangan demi menjaga inflasi daerah. Hal tersebut ditegaskan oleh Ketua Komisi B Sumanto dalam acara Prime Topic DPRD Provinsi Jawa Tengah yang disiarkan langsung oleh Radio Trijaya dan Radio Pandanaran di ruang rapat Nakula Gedung Perpustakaan Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) lantai II.
Dalam acara yang digelar Rabu (7/8) tersebut, ia menjelaskan problem utama inflasi adalah terkait harga pangan dan energi. Menurutnya, kebijakan pemerintah mengurangi subsidi bahan bakar minyak perlu mendapatkan perhatian serius demi menjaga stabilitas ketersediaan dan harga bahan pangan.
"Pemerintah daerah harus menjaga kestabilan harga bahan pangan karena turut menyumbang inflasi daerah. Pemerataan distribusi menjadi kunci. Jangan ada harga komoditas yang melambung tinggi atau hilang di pasaran," ungkapnya dalam keterangan tertulis, Kamis (8/9/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, Kepala Biro Perekonomian Jawa Tengah Eddy Sulistyo Bramantiyo menyatakan pemerintah provinsi melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TIPD) telah melakukan berbagai langkah antisipatif mengenai lonjakan inflasi. Di antaranya dengan menggelar operasi pasar serta pemerataan distribusi sejumlah komoditas. Hal itu, lanjut Bramantiyo, sesuai dengan arahan pemerintah pusat terkait pengendalian inflasi menjadi agenda prioritas daerah.
"Pengendalian inflasi, jadi yang menjadi fokus perhatian atau prioritas utama adalah mengendalikan inflasi. Karena inflasi dampaknya cukup luas, termasuk pada pertumbuhan ekonomi dan berdampak pula pada persoalan pengangguran, kemiskinan. Ini menjadi fokus perhatian kita semua," tuturnya.
Terkait pemerataan stok komoditas bahan pangan, Bramantiyo menegaskan pemerintah provinsi setiap harinya berkoordinasi dengan dinas terkait untuk mengontrol berbagai macam kebutuhan pangan demi mencegah kenaikan harga.
Diketahui, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah menunjukkan tingkat inflasi yang terjadi di Jateng selama Juli 2022 mencapai 0,51%. Inflasi bulan Juli tersebut lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang mencapai 0,85%.
Data tersebut juga mengungkapkan kenaikan harga cabai merah dan bawang merah menjadi salah satu pemicu terjadinya inflasi. Sedangkan penurunan harga minyak goreng, bawang putih, serta beras menjadi penahan laju inflasi pada bulan Juli.
Bramantiyo mengatakan dari enam kota besar tempat dilakukannya survei indeks harga konsumen, inflasi tertinggi dialami Kota Semarang dan Tegal yang masing-masing lebih tinggi (0,59%) dari inflasi Jateng. Adapun inflasi terendah terjadi Kota Surakarta dan Cilacap dengan masing-masing 0,35%.
Sementara itu, dosen Fakultas Ekonomi Bisnis UNS Mulyanto menuturkan tingkat inflasi Indonesia, termasuk Jawa Tengah diperkirakan berada pada angka 5-6%, atau masih rendah dibanding beberapa negara lain yang mencapai lebih dari 9%. Menurutnya, inflasi Indonesia relatif rendah karena dari sisi pemerintah sudah merespons dampak kenaikan global.
"Artinya bahwa dampak inflasi sudah dapat dikurangi secara optimal. Sedangkan langkah pemerintah seperti apa, kita berharap pemerintah tetap menjaga pemerataan pangan, selanjutnya bantuan subsidi harga, transportasi dan biaya penyusutan diberikan oleh pemerintah provinsi melalui BUMD," pungkasnya.
(prf/ega)