Blak-blakan Mantan Ajudan Wakapolri Era Orba Pernah Lawan Anak Atasannya

Nasional

Blak-blakan Mantan Ajudan Wakapolri Era Orba Pernah Lawan Anak Atasannya

Tim detikX - detikJateng
Rabu, 07 Sep 2022 09:25 WIB
Dubes RI untuk Myanmar Ito Sumardi
Ito Sumardi. (Foto: dok detikcom)
Solo -

Komisaris Jenderal (Purnawirawan) Ito Sumardi menceritakan masa-masa saat dirinya menjadi ajudan Wakapolri. Ito mengungkap saat itu dia sempat melawan karena mendapat perlakuan semena-mena dari anak atasannya.

"Saya pernah jadi ajudan 1 tahun 4 bulan, untuk mendampingi Wakapolri," kata Ito seperti dilansir detikX pada Selasa (6/9/2022).

Ito dua kali menjadi ajudan Wakil Kepala Polri pada era Orde Baru, yaitu Letnan Jenderal Sabar Koembino (periode 1979-1982) dan Letnan Jenderal Pamoedji (periode 1982-1984).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama menjadi ajudan, kata Ito, beberapa tugas di luar kedinasan sempat ia lakukan. Mulai dari menyetrika baju dan menyemir sepatu atasannya. Tak hanya itu, dia bertugas menyiapkan rokok dan kopi buat pejabat yang dikawalnya.

"Saya juga kasih makan burung. Adapun kalau Bapak main golf, kita ya siapkan alatnya," papar dia.

ADVERTISEMENT

Ito bercerita saat itu dia disuruh-suruh dengan cara dibentak-bentak oleh anak atasannya. Dia bahkan berpikir untuk mengundurkan diri, tetapi dilarang oleh atasannya.

"Saya berani melawan karena saya lulusan Akabri. Bayangkan, kalau ajudan bintara, tentu tidak berani melawan walaupun diperlakukan semena-mena," ujar Ito.

Tugas ajudan dibagi menjadi dua yakni ajudan dinas dan stand by. Ajudan dinas mendampingi komandan dalam menjalankan tugas harian, termasuk memastikan jadwal harian komandan.

Namun mereka juga bertugas saat atasan menghadiri acara di luar dinas, misalnya undangan pernikahan.

"Kita bawakan perlengkapan, membukakan pintu beliau, persiapkan pakaian dinas beliau. Kalau berangkat ke luar daerah, kita harus hubungi pejabat yang akan ditemui komandan di sana, akomodasi, dan lain-lain," ujarnya.

Sementara ajudan stand by yakni ajudan yang selalu siaga apabila sewaktu-waktu dibutuhkan. Mereka bertugas antara lain mengatur jadwal dan mencatat surat maupun komunikasi yang masuk ke rumah dinas.

Namun Ito mengatakan, meski berjaga di rumah dinas bukan berarti ajudan itu mengerjakan tugas domestik.

"Jadi bukan yang dominan ke rumah tangga. Ajudan stand by itu tidak kayak pembantu. Kalau bantu urusan rumah, itu inisiatif saja," tuturnya.

Namun di beberapa kasus, kata Ito, para ajudan biasanya juga diminta melayani keluarga (anak dan istri) atasannya. Salah satunya adalah menyiapkan dan mengelola jadwal istri komandannya, terutama yang terkait dengan tugas sebagai istri pejabat Polri.

Ito mengatakan lazimnya, ajudan untuk istri berasal dari kalangan polisi wanita. Namun kadang ada pejabat yang tetap memilih ajudan laki-laki karena merangkap sebagai sopir.




(sip/rih)


Hide Ads