Mitos Bajul Putih Giriwoyo Wonogiri, Pejabat Pantang Lewat Kawasan Ini

Mitos Bajul Putih Giriwoyo Wonogiri, Pejabat Pantang Lewat Kawasan Ini

Muhammad Aris Munandar - detikJateng
Sabtu, 03 Sep 2022 11:32 WIB
Kawasan Ringin Putih dan Bajul Putih di Desa Gedongrejo Kecamatan Giriwoyo Wonogiri.
Kawasan Ringin Putih dan Bajul Putih di Desa Gedongrejo Kecamatan Giriwoyo Wonogiri. Foto: Muhammad Aris Munandar/detikJateng.
Wonogiri -

Desa Gedongrejo Kecamatan Giriwoyo Wonogiri mempunyai mitos tentang keberadaan bajul (buaya) putih dan ringin putih. Keberadaan itu menjadi pantangan para pejabat untuk melintasi atau melewati kawasan itu karena bisa menyebabkan celaka.

Kawasan ringin putih dan keberadaan bajul putih itu berada di Dusun Tirisan Desa Gedongrejo, tepatnya di daerah yang dikenal dengan sebutan Sanding. Saat detikJateng ke lokasi, wujud ringin putih sudah tidak ada. Pasalnya ringin itu sudah ditebang oleh para sesepuh desa.

Kawasan yang dulunya dipenuhi ringin putih itu kini menjadi lahan kosong. Hanya ada sejumlah pohon yang masih tumbuh di sana. Di samping kawasan itu ada sebuah selokan (kalen) besar yang diyakini sebagai tempat persembunyian bajul putih.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di selokan yang besar dan panjang itu terdapat jembatan kecil yang menghubungkan Dusun Tirisan dengan Dusun Pasang dan Dusun Pancuran (Desa Gedongrejo). Jalan itu bisa tembus langsung ke Kecamatan Donorojo, Pacitan Jawa Timur, dengan jarak tempuh 2,7 kilometer.

Sesepuh Desa Gedongrejo, Rakino (90), mengatakan saat ia masih kecil ada pohon ringin putih besar di utara Kalaen (selokan) Sanding. Selain itu juga ada sejumlah ringin putih berukuran kecil. Kawasan itu dulunya adalah kedung.

ADVERTISEMENT

"Di kedung itu dulu mubal (banyak keluar) ikan lele. Selain itu juga ada bajul putihnya. Itu dulu kan cuma ada kalen dan kedung. Saat hujan dan banjir, bajul dari kali (sungai) naik ke sini (kalen). Makannya dulu kalau banjir malam hari orang sini takut, karena ada bajul," kata dia.

Berdasarkan cerita sesepuh dan pengalaman yang dialami Rakino, ada beberapa kejadian yang membuat masyarakat sekitar meyakini jika pejabat melintasi daerah ringin putih dan bajul putih bisa berakibat bahaya. Sehingga para pejabat pantang melintas di kawasan itu.

Rakino mengatakan, pada saat zaman brigade (perjuangan) ada pejabat pajak yang bertugas ke daerah tersebut. Saat itu ada sesepuh yang mengingatkan agar tidak melintasi kawasan itu, namun orang tersebut nekat. Akhirnya saat perjalanan dikabarkan meninggal dunia.

Cerita lain, lanjut Rakino, pada zaman dahulu ada orang dari Bandung yang datang ke Gedongrejo. Saat itu sudah diperingati sesepuh agar tidak melintasi kawasan ringin putih. Namun orang itu tetap nekat dengan alasan menjalankan tugas. Saat perjalanan balik akan diberi air degan tidak mau. Saat perjalanan pulang dikabarkan meninggal dunia.

Kawasan Ringin Putih dan Bajul Putih di Desa Gedongrejo Kecamatan Giriwoyo Wonogiri.Kawasan Ringin Putih dan Bajul Putih di Desa Gedongrejo Kecamatan Giriwoyo Wonogiri. Foto: Muhammad Aris Munandar/detikJateng

"Pada Zaman Gestapu ada angkatan (seorang pasukan) dari Jawa Timur yang mencoba melintasi kawasan ringin putih. Itu saya mohonkan izin dan mohon maaf istilahnya sebelum melintas. Dulu itu Belanda mengintai sini kelihatan gelap. Mereka hanya bisa sampai di Bulurejo (desa sebelah utara Gedongrejo)," ungkap dia.

Baca berita selengkapnya di halaman berikutnya...

Pada sekitar 1980-an Rakino dan Modin Gedongrejo menebang semua ringin putih yang ada di sana. Ada tiga lokasi keberadaan ringin putih. Pertama, tepat di utara Kalen Sanding, yang dulunya kedung dan lokasinya terdekat dengan keberadaan bajul putih.

Sedangkan dua lokasi ringin putih lainnya berada di sebelah timur jalan sebelum masuk kawasan Kalen Sanding. Menurut Rakino, hanya dirinya dan modin yang berani menebang ringin putih. Sehingga membutuhkan waktu hampir satu bulan. Kayu yang sudah ditebangi itu kemudian dijual.

"Sebelum ditebang saya kalungi balung (tulang) dulu. Ya itu istilahnya untuk mempermudah. Itu pun yang pohon satunya ditebang nggak ambruk-ambruk. Kemudian saya lendehi bisa ambruk," ujar Rakino.

Menurutnya, meski saat ini ringin putih sudah tidak ada namun masyarakat masih meyakini jika bajul putih masih ada. Tetapi keberadaan bajul putih di kawasan itu tidak bisa dilihat oleh sembarang orang. Hanya orang-orang yang mau tirakat yang bisa melihatnya.

"Maka dari itu hingga sekarang masih banyak yang meyakini jika pejabat melintas kawasan itu bisa berakibat bahaya. Percayanya ya karena bajul putih itu istilahnya masih bertapa di situ atau seperti apa tergantung kepercayaan masing-masing. Katanya orang di bawah sana kalau hujan masih ada yang melihat buaya dan suaranya juga. Tapi orang sini malah jarang melihat," ungkap dia.

Hingga kini, menurut Rakino, belum ada pejabat semisal Bupati di Wonogiri yang melintasi kawasan tersebut. Kawasan itu saat ini sengaja dikosongkan. Saat akan dibangun kandang tidak diperkenankan.

"Dulu ada camat ke sini saya kawal juga. Malah ada orang mau KKN ke dusun seberang sana, tahu mitos sini malah nggak jadi. Ya sebenarnya kalau niatnya baik orangnya baik dengan tata cara baik tidak apa-apa," kata Rakino.

Halaman 2 dari 2
(apl/aku)


Hide Ads