Mengunjungi Makam Angkawijaya, Bangsawan Cirebon Penggagas Filosofi Tajug

Mengunjungi Makam Angkawijaya, Bangsawan Cirebon Penggagas Filosofi Tajug

Imam Suripto - detikJateng
Minggu, 28 Agu 2022 12:16 WIB
Makam Pangeran Angkawijaya di pinggir timur Sungai Cisanggarung, Desa Losari Lor, Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, Kamis (25/8/2022).
Makam Pangeran Angkawijaya di pinggir timur Sungai Cisanggarung, Desa Losari Lor, Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, Kamis (25/8/2022). Foto: Imam Suripto/detikJateng
Brebes -

Sebuah makam di pinggir timur Sungai Cisanggarung, Desa Losari Lor, Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, hingga kini tidak pernah sepi peziarah. Tokoh yang dimakamkan itu adalah bangsawan Keraton Kasepuhan Cirebon, yakni Pangeran Angkawijaya yang terkenal dengan ajaran tajugnya.

Makam Pangeran Angkawijaya atau dikenal juga sebagai Pangeran Losari ini masuk salah satu cagar budaya di Kabupaten Brebes.

Di depan makam Angkawijaya, terdapat makam umun. Masuk ke dalam lokasi pemakaman umum, ada sejumlah bangunan serta tempat parkir kendaraan bagi peziarah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Juga terdapat gapura, musala, sumur, serta tempat peristirahatan. Kompleks makam Pangeran Angkawijaya agak terpisah dan berada di ujung timur.

Tidak sembarangan orang bisa masuk karena harus ada izin khusus dari pengurus makam. Selain berziarah, warga yang berkunjung juga memanjatkan doa-doa serta membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an.

ADVERTISEMENT

Wijanarto, sejarawan sekaligus Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Brebes menuturkan, Pangeran Angkawijaya atau Losari merupakan cucu Sunan Gunung Jati. Panembahan ini adalah anak dari perkawinan pasangan Ratu Wanawati (Cirebon) dengan anak keturunan Raja Demak, Pangeran Dipati Cerbon.

Pangeran Angkawijaya, juga diyakini sebagai ulama kala itu yang memiliki keahlian lain di bidang seni. Salah satunya menciptakan motif batik corak Mega Mendung dan corak Gringsing. Hasil kreasi lainnya menciptakan Kereta Kencana yang kini tersimpan di Kasultanan Kasepuhan Cirebon.

"Sebagai ulama, dia diyakini juga merupakan pencipta kesenian. Yang paling fenomenal adalah kesenian asal Losari, yakni Tari Topeng yang biasa dipentaskan oleh kelompok seniman setempat melalui Yayasan Sunan Gunung Jati," ungkap Wijanarto, Kamis (25/8/2022).

Makam Pangeran Angkawijaya di pinggir timur Sungai Cisanggarung, Desa Losari Lor, Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, Kamis (25/8/2022).Makam Pangeran Angkawijaya di pinggir timur Sungai Cisanggarung, Desa Losari Lor, Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, Kamis (25/8/2022). Foto: Imam Suripto/detikJateng

Disebutkan, Pangeran Angkawijaya merupakan bangsawan yang menyaru sebagai masyarakat biasa dan melakukan proses dakwah penyebaran agama Islam di wilayah Losari.

Pangeran Angkawijaya tercatat meninggal pada tahun 1580 yang berarti di kisaran abad 15-16 Masehi. Pangeran ini dimakamkan di Desa Losari Lor, Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes.

Makam ini sudah menjadi warisan sejarah dan sudah tercatat sebagai situs sejarah.

"Panembahan Angkawijaya atau Pangeran Losari itu menyingkir dari kehidupan keraton karena tidak ingin terkungkung dengan sistem kehidupan kerajaan yang serba gemerlap," ucap Wijanarto.

Dalam setiap Sabtu malam Minggu, selalu digelar acara tawasulan, salah ajaran yang masih dilestarikan. Selain tawasulan, Angkawijaya juga mengajarkan filosofi ajaran Tajug.

"Tajug merupakan warisan ajaran Sunan Gunung Jati yang bermakna mendirikan rumah ibadah seperti musala dan pesantren. Ajaran kedua adalah titip fakir miskin yang bermakna melindungi dan menyantuni kaum fakir miskin. Sampai akhir hayatnya Pangeran Angkawijaya hidup dan menyatu sebagai rakyat biasa menanggalkan jejak kebangsawanannya," pungkasnya.




(rih/ahr)


Hide Ads