Pernah dengar lagu Ya Ahlal Wathan? Lagu ini biasa dinyanyikan dalam berbagai acara resmi Nahdlatul Ulama (NU). Tak sedikit yang menyanyikan lagu bertempo cepat ini sambil mengepalkan tangan ke udara, terlebih saat memasuki lirik 'Hubbul Wathon Minal Iman'. Apa artinya? Apakah lirik itu dari hadist Nabi atau bukan? Berikut penjelasannya.
Dilansir laman resmi Nahdlatul Ulama, nu.or,id, Hubbul Wathon Minal Iman adalah slogan yang artinya adalah 'cinta tanah air atau nasionalisme bagian dari iman'. Dalam artikel 'Hubbul Wathan' Bukan Hadits, tapi... karya Syakir NF disebutkan belakangan ini ada upaya delegitimasi yang menganggap kalimat tersebut sebagai sebuah hadist palsu. Bagaimana sebenarnya?
"Bagi saudara kita yang bercita-cita menegakkan khilafah pasti menganggap nasionalisme sebagai salah satu penghalang. Makanya mereka menolak apapun yang berkaitan dengan nasionalisme, termasuk slogan Hubbul Wathan minal Iman," tulis Direktur Aswaja Center PWNU Jawa Timur, KH Ma'ruf Khozin, dikutip dari NU Online pada Selasa (16/8/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut KH Ma'ruf Khozin, kitab Al-Maqashid Al-Hasanah karya Al-Hafidz Muhammad Abdurrahman As-Sakhawi membenarkan kandungan makna slogan Hubbul Wathon Minal Iman. "'Cinta tanah air adalah bagian dari iman. Saya tidak menemukan sebagai hadits, tapi maknanya sudah benar," tulis Ketua Bidang Fatwa MUI Jawa Timur itu.
KH Ma'ruf Khozin menambahkan, sejak awal para kiai sudah juga menegaskan bahwa kalimat itu bukanlah sebuah hadist. Meskipun bukan hadits, Kiai Ma'ruf menjelaskan bahwa cinta tanah air merupakan saripati dari doa Nabi dalam hadits sahih.
Saat Nabi Muhammad dan para Sahabat hijrah ke Madinah, KH Ma'ruf menerangkan, mereka menemui bahwa Kota Yatsrib itu banyak wabah penyakit. Ketika mendengar sebagian Sahabat mengeluhkan hal itu, Nabi SAW pun berdoa agar dapat mencintai Madinah sebagai kota di mana bumi dipijak dan langit dijunjung.
Berikut doanya Nabi Muhammad saat itu, dikutip dari NU Online.
اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِينَةَ كَحُبِّنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ ,رواه البخار ى
Artinya: "Ya Allah, jadikan kami cinta Madinah, sebagaimana cinta kami kepada Makkah, atau melebihi Makkah" (HR al-Bukhari).
Menurut KH Ma'ruf, makna dari doa tersebut menunjukkan betapa Rasulullah dalam menjalani kehidupan selalu mencintai negerinya. Hal ini juga sama dengan istinbath hukum yang dilakukan oleh ulama ahli hadits dari Sahabat Anas, bahwa Rasulullah mempercepat laju untanya manakala rumah di Madinah sudah tampak di pandangannya. Hal itu dilakukan Rasulullah karena cintanya kepada kota tersebut.
"Jika Rasulullah SAW tiba dari perjalanan dan melihat rumah-rumah Madinah maka Nabi mempercepat kendaraan dengan menggerakkan untanya karena kecintaan Nabi kepada Madinah," tulis KH Ma'ruf menerjemahkan sebuah hadits riwayat Imam Bukhari Nomor 1803.
Mengutip Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, KH Ma'ruf menjelaskan hadist tersebut menunjukkan tentang keutamaan Kota Madinah dan disyariatkannya cinta tanah air serta rindu terhadap negeri. Kecintaan terhadap negeri itu dapat diaktualisasikan dengan silaturahmi dan berlaku baik terhadap penduduknya.
"Negeri tersebut adalah negeri yang telah diketahui, dengan syarat kecintaan pada negeri tersebut untuk bisa bersilaturahim, atau berbuat baik kepada penduduk negerinya, orang fakir dan anak yatimnya," terang KH Ma'ruf dengan mengutip pandangan Syekh Al-Ajluni dalam kitab Kasyf Al Khafa'.
(dil/dil)