Perlintasan kereta tanpa palang pintu di Kemijen, Kota Semarang, memakan satu korban jiwa pada Selasa (2/8) lalu. PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop 4 Semarang menyebut pembuatan palang perlintasan dan penjagaan adalah kewenangan dari Pemkot Semarang.
"Kami akan melapor setelah kejadian kemarin akan kami minta kembali (penjagaan perlintasan)," kata Manajer Humas PT KAI Daop 4 Semarang Krisbiyanto melalui sambungan telepon, Kamis (4/8/2022).
Menurut Krisbiyanto, membuat palang atau penjagaan terhadap perlintasan kereta merupakan kewenangan pemerintah daerah setempat. PT KAI disebutnya hanya berwenang memberi saran atau masukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Istilahnya kajian seperti arahan ya PT KAI bisa, tetapi kewenangannya yang jaga maksudnya ada petugas yang jaga itu petugasnya dari pemerintah kota atau rekrutan dari Dishub. Intinya bukan perekrutan KAI," ujarnya.
"Kalau PT KAI sebagai operator dapat mandat mengamanatkan UU 23 Tahun 2007 itu tetap supaya pihak regulator lah dalam hal ini pemerintah setempat untuk ikut menjaga keselamatan masyarakat dalam hal ini masyarakat pengguna jalan termasuk juga perjalanan kereta api," jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, perlintasan kereta api (KA) tanpa palang di Jalan Cilosari Dalam, Kemijen, Kota Semarang, kerap makan korban. Warga sekitar meminta jalan tersebut dipasang palang perlintasan.
Kejadian terakhir menimpa seorang pemotor yang tewas tersambar kereta api di perlintasan tersebut, Selasa (2/8). Korban pemotor bernama Suharno (45) warga Tambakmulyo, Semarang Utara.
"Harapannya ya kalau bisa dikasih palang, soalnya di sini ramai juga walaupun di sini jalan kampung," kata pemilik warung di dekat perlintasan, Nunu (52), saat ditemui di warungnya, Rabu (3/8).
Pantauan detikJateng di lokasi, terlihat jalan itu memiliki lebar sekitar 6 meter. Bahkan, truk tangki pun bisa melintas dengan leluasa.
Jalan Cilosari Dalam merupakan jalan alternatif yang bisa menghubungkan Jalan Pantura Raya dengan Jalan Kaligawe Raya. Jalan itu biasanya ramai ketika pagi dan sore.
Di sana sudah ada plang yang mengingatkan untuk berhati-hati. Namun dari arah Jalan Pantura, tulisannya terbilang kecil dan kurang terlihat jika tidak dari dekat.
"Setiap jam-jam kerja itu kan anak sekolah berangkat, kalau pagi itu ramai kalau siang kan nggak mesti," kata Nunu.
Tanpa ada palang pintu, pengendara yang melintas kerap dihantui rasa takut. Sebab jalan itu terkenal karena sering terjadi kecelakaan atau tersambar kereta.
(rih/aku)