Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut angka kemiskinan di Jawa Tengah mengalami penurunan. Bahkan, menurut BPS, angka kemiskinan di Jateng sudah mendekati kondisi sebelum pandemi COVID-19.
Hal itu disebutkan Kepala BPS Jateng Adhi Wiriana saat mengungkapkan hasil survei dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada Maret 2022. Ia menjelaskan metodologi pengukuran menggunakan konsep kebutuhan dasar atau basic needs approach, yang terdiri atas garis kemiskinan makanan (GKM) dan garis kemiskinan non makanan (GKNM).
"Alhamdulillah pada Maret 2022 terjadi penurunan kemiskinan dibanding September 2021. Di Jawa Tengah penduduk miskin sebanyak 10,93 persen dari total penduduk atau 3,83 juta orang. Presentase ini terjadi penurunan 0,32 persen poin (dibanding September 2021) dan turun 0,86 persen poin dibanding Maret 2021 yang sebesar 11,79 persen," kata Adhi dalam keterangannya yang diperoleh detikJateng, Sabtu (16/7/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari data BPS Jateng tercatat, pada September 2017 angka kemiskinan sebanyak 12,23 persen (4,20 juta orang). Adapun pada September 2018, turun menjadi 11,19 persen (3,87 juta orang). Sedangkan pada September 2019 turun lagi menjadi 10,58 persen (3,68 juta orang).
Pada 2022, angka kemiskinan di Jateng ditargetkan turun sampai di bawah dua digit (kurang dari 10 persen). Namun, akibat pandemi COVID-19, angka kemiskinan di Jateng jadi naik lagi.
Pada Maret 2020, jumlah orang miskin di Jateng sebanyak 4,12 juta orang atau 11,84 persen. Namun, pada September 2021, angka itu turun menjadi 11,25 persen atau sejumlah 3,93 juta orang. Angka tersebut terus menurun sejalan dengan pandemi yang mulai landai.
"Semasa Covid, 2019, kemiskinan 10,58 persen. Harapannya kalau tidak ada Covid tahun 2022 dibawah dua digit. Karena ada pandemi ada kenaikan di Maret 2020. Sempat 11,84 persen walau di Maret 2021 ada penurunan. Dan, Maret tahun ini hampir menyamai sebelum Covid. Menandakan bahwa penurunan terjadi ketika pandemi mulai tidak ada dan program sosial baik pemerintah pusat dan daerah berjalan," jelas Adhi.
"Kondisi ini perlu kita syukuri (karena) program (penurunan) kemiskinan oleh pemerintah masyarakat, parpol, LSM dan keagamaan terjadi dampak positif dengan adanya terjadi penurunan kemiskinan," imbuh Adhi.
Adhi juga menyebut angka kemiskinan nasional memang lebih rendah dari Jawa Tengah. Meski demikian, persentase penurunan kemiskinan di Jateng lebih pesat. "Nasional sendiri walau tingkat kemiskinan lebih rendah, 9,54 persen, penurunannya 0,17 persen," ujarnya.
(dil/dil)