Horor Tabrakan Beruntun 17 Kendaraan, Mengapa Tol Cipularang Rawan Kecelakaan?

Nasional

Horor Tabrakan Beruntun 17 Kendaraan, Mengapa Tol Cipularang Rawan Kecelakaan?

Tim detikOto - detikJateng
Senin, 27 Jun 2022 16:49 WIB
Tabrakan Beruntun di Tol Cipularang, Minggu (26/6/2022).
Tabrakan Beruntun di Tol Cipularang, Minggu (26/6/2022). (Foto: Dian Firmansyah)
Solo -

Tol Cipularang terkenal dengan jalur rawan kecelakaan. Sudah cukup banyak kejadian kecelakaan hingga menyebabkan korban meninggal di jalur tersebut.

Yang terbaru yakni tabrakan beruntun yang melibatkan 17 kendaraan yang terjadi, Minggu (26/6) malam. Kecelakaan tersebut menyebabkan sejumlah korban mengalami luka berat dan juga ringan.

Rawannya jalur Tol Cipularan, khususnya di KM 90-100 arah Jakarta ternyata tidak begitu saja dikait-kaitkan dengan hal mistis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Praktisi Road Safety & Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu menjelaskan rawannya jalur Tol Cipularang bisa disebabkan karena topografi jalannya yang kebanyakan turunan.

"Sehingga membuat beban kerja rem itu akan lebih berat daripada kondisi-kondisi permukaan datar. Lebih-lebih kalau kendaraan tersebut adalah angkutan barang ataupun angkutan penumpang. Artinya semakin berat bobot kendaraan, semakin berat beban kerja rem," ujar Jusri kepada detikcom, Senin (27/6/2022) seperti dikutip dari detikOto, Senin (27/6/2022).

ADVERTISEMENT

Menurutnya, handicap atau rintangan di Jalan Tol Cipularang KM 90-100 arah Jakarta adalah jalanan menurun dengan gaya momentum yang kerap menjadi pemicu mobil hilang kendali. Ditambah penanganan sopir yang salah, sehingga kecelakaan pun tak terhindarkan.

"Bisa diawali kemampuan rem menyusut atau kemampuan shock asbsorber berkurang sehingga mobil kadang-kadang ketika menikung ada bodyroll yang tinggi, kadang-kadang membuat kendaraan hilang kendali," ujarnya.

"Belum lagi cengkeraman ban akan menurun seiring adanya perpindahan bobot dari belakang ke depan (saat turunan), sehingga bobot kendaraan bertumpu pada roda depan. Pada saat pengereman darurat, kadang-kadang bisa membuat roda belakang terkunci karena nggak ada beban (beban kendaraan ditransfer ke depan saat turunan), akibatnya sering mobil melintir atau oversteer. Bagi orang yang nggak sadar itu kaget, dia malah ngerem habis," imbuh Jusri.

Jusri mengatakan, ketika jalanan terus menurun komponen kendaraan akan mengalami penyusutan kinerja. Termasuk potensi gejala brake fading atau penyusutan kinerja rem hingga mengalami gagal fungsi.




(apl/sip)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads