Dua pangeran Ayodya itu kemudian mencari bala bantuan. Dia menemui Sugriwa, pimpinan para wanara yang hidup terpencil di pedalaman hutan setelah terusir dari Gua Kiskenda. Sugriwa bersedia menjadi sekutu jika Rama juga bersedia membantunya merebut kembali Gua Kiskenda yang kini dikuasai Subali, kakaknya.
Subali akhirnya dikalahkan Rama. Sugriwa kembali bertahta. Dia dan seluruh bangsa kera mendukung Rama untuk menyerang Alengka. Mereka terlebih dulu harus membongkar gunung untuk membuat jembatan di tengah laut agar sampai ke Alengka. Tindakan yang pasti takkan bisa dilakukan Rama tanpa ada sekutu bangsa kera pimpinan Sugriwa.
***
Ketika perang Alengka berkecamuk, Subali memang telah tiada karena lebih dahulu tewas dalam sebuah konspirasi antara Rama-Sugriwa. Tapi bukan berarti Subali tak punya peran dalam wiracarita masyur tersebut. Dari Subali, Dasamuka mendapat Aji Pancasunya, yang kemudian menjadi kekuatan andalannya. Dasamuka amat menghormati sang raja kera tersebut hingga akhir hayatnya.
Subali mewariskan kekuatan dahsyat tersebut kepada Dasamuka yang datang kepadanya untuk berguru. Bahkan di kemudian hari Anggada, anak tunggal Subali, sempat berpihak kepada Dasamuka karena merasa memiliki hubungan kekeluargaan yang lebih baik dibanding dengan Rama.
***
Garuda Jatayu tak berpikir panjang lagi ketika mendengar jeritan seorang perempuan meminta pertolongan. Perempuan itu adalah Shinta yang diculik Dasamuka. Dalam penyekapan itu, Shinta selalu memanggil-manggil Rama, Laksmana, dan Prabu Dasarata yang merupakan ayah mertuanya. Jatayu dan Dasarata menjalin persahabatan sehingga dia merasa harus menolong keluarga sahabatnya yang menderita, meskipun harus ditebus dengan hilangnya nyawa.
***
Prahasta tetap berperang di pihak Alengka tanpa mempedulikan kondisinya fisiknya yang semakin melemah tergerus usia. Baginya tugas sebagai nayaka adalah menjalankan maklumat pimpinan bahwa dia harus maju berperang sebagai panglima perang untuk mempertahankan negara hingga hembusan napas terakhir.
***
Kumbakarna meradang. Memerah hati dan pandangan. Dia bersedia mati berkalang tanah, dari pada sepanjang hidup sebagai insan terjajah. Setelah tidak mampu lagi mengingatkan pengelola pemerintahan negerinya yang korup dan melabrak banyak norma dan kesusilaan, Kumbakarna hanya berpikir keutuhan negara dan martabat bangsanya.
***
Lalu bagaimana pula dengan sikap Wibisana? Pangeran Alengka ini dengan tegas menyeberang menuju Pancawati, bergabung dengan pasukan Rama Regawa. Secara pribadi, dengan pertimbangan moralitas, dia menyatakan masuk dalam barisan pendukung Rama berperang melawan Dasamuka. Di kemudian hari Wibisana dan keturunannya yang bertahta di Alengka.
***
Situasi di tengah pasukan juga tidak gampang dipisah dan dipilah. Hanoman, pemuda Gua Kiskenda yang menjadi salah satu panglima utama kubu Pancawati juga membangun hubungan kedekatan dengan pasukan Alengka. Dia bahkan kemudian menjalin hubungan pribadi dan kemudian menikahi Sayempraba, salah satu selir Dasamuka. Demikian juga Jembawan, salah satu tokoh penasihat perang dari kubu Gua Kiskenda ini di kemudian hari menikah dengan Trijatha, putra Wibisana.
***
Demikianlah koalisi. Semua terbangun dalam situasi penuh kepentingan. Koalisi adalah sebuah persekutuan untuk membangun kerjasama berdasar kepentingan masing-masing. Koaisi adalah aliansi yang dibangun atas dasar asas manfaat dan seringkali berumur sesaat. Koalisi terbangun dalam situasi transaksional dan bukan ketulusan persahabatan yang jauh lebih tulus dalam membangun hubungan.
Namun tentu saja semua bangunan koalisi selalu berupa kelompok-kelompok yang bergabung karena tujuan yang serupa dengan tujuan dan kepentingan masing-masing yang telah disepakati bersama dan tentunya saling menguntungkan. Koalisi juga bisa berupa kesepakatan dalam bagi-bagi hasil ekonomi, distribusi kekuasaan, hingga saling menjaga untuk tidak saling masuk di wilayah pengaruh masing-masing.
Sugriwa merapat dan bersedia membantu Rama berperang melawan Alengka dengan pamrih agar dibantu merebut kembali kekuasaannya di Gua Kiskenda. Subali, raja di pedalaman itu, mengetahui bahwa Dasamuka raja lalim, namun dia bersedia membantu mengukuhkan pengaruh kekuasaan Dasamuka dengan pamrih memperluas jaringan kekuasaan dan menitipkan anaknya di kemudian hari agar tidak diganggu kekuasaannya di Gua Kiskenda. Dia memilih masuk dalam Koalisi Alengka.
Prahasta memilih tetap bersama Dasamuka dengan alasan bahwa dia adalah nayaka yang harus setia kepada pimpinan. Lain lagi alasan keberadaan Kumbakarna di medan perang bersama pasukan Alengka. Dia hanya ingin mempertahankan martabat bangsanya. Sedangkan Wibisana memilih masuk dalam koalisi Pancawati dengan pertimbangan pribadi sebagai seorang ksatria yang merasa terbenani kewajiban untuk membela kebenaran yang diyakininya. Sedangkan Jatayu terlibat dalam pertikaian karena bagian dari balas budi dan persahabatan.
Hanoman dan Jembawan akan memiliki pertimbangan sendiri ketika memecah koalisi lawan dengan cara mendekati Sayempraba dan Trijatha. Tentu saja alasan-alasan keberpihakan itu bisa dikemukakan secara berbeda oleh Sayempraba dan Trijatha.
Melihat peta koalisi di Pancawati dan Alengka di atas, semua akan teruntungkan jika memang mencapai kemenangan. Namun meskipun semua sama-sama diuntungkan, kita pasti akan sepakat bahwa dari konstelasi di atas, bangsa Gua Kiskenda yang mampu merembes di kedua pihak, jauh lebih diuntungkan dibanding yang lainnya.
Solo, 26 Juni 2022
Muchus Budi R, wartawan detikcom
Tulisan ini merupakan pendapat pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi.
(mbr/aku)