Bangkai Domba di Sungai Semarang Dites PCR, Hasilnya Negatif PMK

Bangkai Domba di Sungai Semarang Dites PCR, Hasilnya Negatif PMK

Tim detikJateng - detikJateng
Sabtu, 25 Jun 2022 11:43 WIB
Petugas menguburkan bangkai kambing yang hanyut di Kali Serang, Kabupaten Semarang, Selasa (21/6/2022).
Petugas menguburkan bangkai kambing yang hanyut di Kali Serang, Kabupaten Semarang, Selasa (21/6/2022). Foto: dok. Polres Semarang
Solo -

Bangkai domba (sebelumnya disebut kambing) yang ditemukan di sungai wilayah Pamotan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, dinyatakan negatif penyakit mulut dan kuku (PMK). Hal itu berdasarkan hasil uji laboratorium Balai Besar Penelitian Veteriner (BB Litvet), Kementerian Pertanian.

Kepala Balai Besar Veteriner Wates (BBVet Wates) Hendra Wibawa mengungkapkan hasil laboratorium dengan Uji Realtime PCR menunjukkan negatif virus PMK pada spesimen/sampel yang diambil.

"Kami mengambil spesimen swab oral dan swab teracak dari domba yang sebelumnya ditemukan di sungai dan telah dikubur di sekitar lokasi penemuan bangkai. Hasil uji menyatakan negatif PMK," jelas Hendra dalam siaran persnya, dikutip Sabtu (25/6/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hendra mengatakan laboratorium penyidikan penyakit hewan di tempatnya, telah menguji 97 sampel dari bangkai yang ditemukan.

"Jadi tidak benar kematiannya akibat PMK. Kami pastikan secara pemeriksaan PCR dan masyarakat tidak perlu resah," tambahnya.

ADVERTISEMENT

Tim Investigasi gabungan BBVET Wates, Direktorat Kesehatan Hewan Ditjen PKH, dan Dinas Pertanian, Perikanan, dan Pangan Kabupaten Semarang telah melakukan penyidikan epidemiologi pada tanggal 21-22 Juni 2022 dengan menelusuri kasus, kemungkinan penyebab kematian dan faktor risiko, serta pengambilan sampel untuk peneguhan diagnosis laboratorium.

Mengenai kemungkinan penyebab kematian dan diagnosa, menurut Hendra pihaknya memperhatikan mayoritas ternak domba berjenis kelamin betina, maka ada kemungkinan bahwa ternak-ternak merupakan ternak-ternak indukan yang telah ditandai untuk tujuan tertentu.

"Kami menduga ada faktor kelelahan perjalanan jauh dari ternak ini. Faktor stres saat transportasi antardaerah, sehingga kondisinya tidak sehat atau juga bisa disebabkan oleh adanya infeksi penyakit. Kami masih lakukan pengujian lanjutan untuk penyakit lainnya," pungkas Hendra.

Diberitakan sebelumnya, sebanyak 97 bangkai kambing ditemukan di Sungai atau Kali Serang, Pamotan, Susukan, Kabupaten Semarang. Ternak yang mati itu berasal dari Sumatra dan terindikasi terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK).

Bangkai-bangkai ternak tersebut ditemukan warga pada Selasa (22/6) pagi. Warga kemudian melapor polisi.

Halaman selanjutnya, polisi turun tangan

"Saat ada laporan dibuangnya bangkai ternak di salah satu sungai daerah Susukan, tim kami langsung bergerak cepat dan alhamdulillah kita dapatkan satu orang yang membantu membuang bangkai. Sementara masih satu, infonya ada tiga orang, masih kita dalami termasuk siapa yang menyuruh, identitasnya ada tapi masih kita dalami," kata Kapolres Semarang AKBP Yovan Fatika kepada wartawan, Rabu (22/6/2022).

Ia menjelaskan, awalnya ternak itu diangkut oleh ekspedisi dari Sumatra, namun di tengah jalan ternak itu mati. Kemudian dari pengangkut ternak meminta rekannya untuk membuang bangkai yang jumlahnya 97 ekor.

"Jadi info awal yang kami dapat saat ini yang meminta adalah seperti jasa ekspedisi yang mengangkut ternak dengan truk, dua unit dari Sumatra, akhirnya minta tolong karena yang diangkut ini sudah jadi bangkai. Minta tolong rekannya yang ada di wilayah Tengaran untuk membuang bangkai itu. Total 97 ekor," jelas Yovan.

Saat ini pria yang diamankan tersebut masih dimintai keterangan dan belum diterapkan sebagai tersangka. Dia yang dimintai tolong untuk membantu membuang bangkai itu.

"Hanya dapat upah Rp 100 ribu," ungkap Yovan.

Terpisah, Kepala Dinas Pertanian, Perikanan, dan Pangan (Dispertanikap) Kabupaten Semarang, Wigati Sunu mengatakan kambing yang mati dan bangkainya ditemukan di Kali Serang, Pamotan, itu terindikasi penyakit mulut dan kuku (PMK). Hal itu berdasarkan dari pemeriksaan dokter hewan.

"Iya, berdasarkan pemeriksaan klinis dari dokter hewan terdapat tanda-tanda terindikasi PMK," katanya saat dihubungi, Rabu (22/6).

Saat ditemukan, diduga bangkai berjumlah 50 ekor, namun ternyata total 97 ekor. Bangkai itu kemudian dievakuasi dan dikubur petugas.

"Informasi dari paramedik terkait virus (PMK) ini, kalau di air bisa bertahan 40 hari. Yang dikhawatirkan air kan mengalir masuk lahan pertanian. Khawatir ada rumput yang digunakan sebagai pakan ternak. Tapi mudah-mudahan tidak," jelas Wigati kepada wartawan, Kamis (23/6).

Sebelumnya, Wigati menjelaskan ada indikasi ternak itu mati terpapar PMK. Saat ini sampel sudah diambil oleh pihak Kementerian Pertanian untuk dilakukan uji klinis di laboratorium.

"Jadi pada saat pengambilan sampel dilakukan Kementerian dari Direktorat Kesehatan Hewan, sampai malam. Itu kan ternak yang sudah dikubur digali kemudian diambil sampel semacam swab di dalam mulut. Kemudian investigasi dilakukan uji klinis, sampai hari ini belum dapat info hasil dari sampel," jelasnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Heboh Domba Berlafaz Allah di Temanggung"
[Gambas:Video 20detik]
(rih/rih)


Hide Ads