Eks pengurus Khilafatul Muslimin mengungkap alasan organisasi tersebut tak mengajarkan pemahaman Pancasila kepada anggotanya. Salah satu alasannya karena orang-orang yang direkrut disebut sebagai kaum anti-pemerintah.
"Kita memang akui, kita kemarin memang mencoba merekrut teman-teman underground sehingga kita tidak terapkan nilai-nilai Pancasila," kata eks Amir Khilafatul Muslimin Wilayah Bekasi Raya, Djhonny Pahamsah alias Abu Salma, seperti dikutip dari detikNews, Kamis (23/6/2022).
Dirangkum detikJateng berikut alasan Khilafatul Muslimin tak ajarkan Pancasila:
1. Mempermudah perekrutan anggotanya
Abu Salma menyebut banyak anggota Khilafatul Muslimin merupakan kaum underground yang antipemerintah. Khilafatul Muslimin pun menggunakan alasan ini untuk mempermudah perekrutan anggotanya.
"Karena kita melihat ada sahabat-sahabat kita seperti anti dengan pemerintah. Makanya kita fasilitasi untuk netral supaya kita bisa dekat dengan mereka supaya mereka bisa kita rekrut dan mereka tidak ada keinginan yang macam-macam. Misal teman-teman yang anti-Pancasila, underground, terafiliasi dengan ISIS," kata dia.
"Mereka biasanya kalau kita netral tidak bermain politik praktis, tidak terlalu dekat dengan pemerintah, kita mudah untuk rekrutmennya. Ini sebetulnya visi-misi yang kita jalani," imbuhnya.
2. Pendidikan Pancasila tak diajarkan ke Ponpes Ukhuwwah Islamiyyah karena satu kesatuan dengan Khilafatul Muslimin
Abu Salma juga mengungkap alasan pondok pesantren Ukhuwwah Islamiyyah tidak menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada para santri. Dia berjanji bakal mengubah sistem pendidikan di ponpes tersebut.
"Karena ini sifatnya jadi satu akhirnya terbawa arus tidak ada pembelajaran itu. Itu kemarin juga sudah disampaikan terkait visi-misi ini. Dan akhirnya yang sudah ada di sini pun tidak dapat pelajaran itu. Ke depan akan kita ubah," ujarnya.
3.Klaim terapkan bela negara meski tanpa Pancasila
Abu Salma menepis anggapan Khilafatul Muslimin tidak cinta terhadap negara. Abu mengklaim Khilafatul Muslimin sudah mempraktikkan bela negara.
"Ini sebenarnya hanya satu persoalan tidak pasang bendera dilihat tidak cinta. Ini memang dilihat ada miskomunikasi. Cinta kepada negara cinta kepada presiden, bukan hanya berarti pasang bendera. Kita nggak komplain kebijakan presiden saja itu sudah cinta. Tapi kan di sana kadang beda nilainya," kata dia.
4. Usung konsep pesantren konvensional
Abu menyebut hal lain yang menjadi alasan tidak diajarkannya Pancasila hingga hal kenegaraan lainnya, yaitu karena konsep yayasan tersebut bersifat pesantren konvensional. Dengan alasan ini, menurutnya pemahaman Pancasila menjadi tidak sinkron dengan konsep yang diusung pesantren.
"Kalau kemarin dalam badan hukum modern tapi kita dorong ke gratis. Makanya nggak nyambung. Itu di situlah tidak sinkron. Saya pikir kalau ini badan hukum tradisional, kalau harus diajarkan nilai formal kenegaraan menjadi sebuah perintah kita laksanakan. Tapi kalau tradisional mengacu pada tradisi ya tidak diajarkan kenegaraan," jelasnya.
Meski begitu, Abu mengaku belum mengetahui ketetapan aturan pesantren konvensional. Menurutnya, Kemenag belum mengeluarkan aturan terkait teknis pelaksanaan hal ini.
"Saya sendiri belum memahami ketetapan tradisional seperti apa. Kemenag belum memberikan job desk-nya. Yang saya tahu Kemenag, pemerintah mengeluarkan tahfiz rumah Qur'an, tetapi teknis dan berapa pelajaran saya juga belum paham," tuturnya.
(ams/ams)