Mengenal Dusun Mandeyan, Kampung Jagal Sapi di Wonogiri

Mengenal Dusun Mandeyan, Kampung Jagal Sapi di Wonogiri

Muhammad Aris Munandar - detikJateng
Senin, 13 Jun 2022 15:57 WIB
Suasana kampung jagal sapi, Dusun Mandeyan, Desa Pucanganom, Kecamatan Giritontro, Wonogiri, Senin (13/6/2022).
Suasana kampung jagal sapi, Dusun Mandeyan, Desa Pucanganom, Kecamatan Giritontro, Wonogiri, Senin (13/6/2022). Foto: Muhammad Aris Munandar/detikJateng
Wonogiri -

Salah satu dusun di Desa Pucanganom, Kecamatan Giritontro, Kabupaten Wonogiri, dikenal sebagai kampung jagal sapi. Sebagian besar warga di kampung itu mempunyai keahlian sebagai jagal sapi.

"Ada dusun di desa kami yang dikenal sebagai kampung jagal sapi. Lokasinya ada di Dusun Mandeyan," kata Kepala Desa Pucanganom, Sukino (53) kepada detikJateng, Senin (13/6/2022).

Menurutnya, Dusun Pandeyan dikenal sebagai kampung jagal sapi karena sebagian besar penduduk di sana memiliki keahlian di bidang jagal sapi. Selain itu, ada sejumlah warga yang mempunyai usaha penjualan daging sapi atau jagalan di kampung itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Warga yang mempunyai keahlian jagal sapi itu sekitar 80 persen. Jadi hampir semua warga di sana bisa menyembelih dan mengelola sapi," ungkap dia.

Sukino menuturkan, skill atau keahlian warga di bidang penyembelihan atau jagal sapi sudah ada sejak lama, sekitar 1980-an. Keahlian jagal itu pun sudah turun-temurun.

ADVERTISEMENT

"Generasi muda juga ada, termasuk saya ini juga jagal sapi. Awalnya kan ikut orang-orang tua yang bisa jagal sapi. Kemudian sambil membantu buang kotoran sapi atau yang lainnya, kami belajar menyembelih sapi. Jadi diajari sama yang bisa dulu terus berpengalaman, mencoba," ujar dia.

Ia mengatakan, saking terkenalnya sebagai kampung jagal sapi, warga Mandeyan sering dipanggil ke luar daerah untuk jagal sapi. Sukino sendiri pernah diundang ke Solo dan Jakarta saat Idul Adha untuk menyembelih hewan kurban.

"Biasanya dalam satu tim ada enam orang. Kadang juga satu ekor sapi digarap dua atau tiga orang. Saya pernah garap tiga ekor sapi sendiri," cerita dia.

Dalam satu tim, kata Sukino, setiap orang mempunyai tugas masing-masing. Tugas yang dijalankan meliputi menyembelih sapi, menguliti, memotong daging, membersihkan kotoran dan lain-lain. Dengan adanya tupoksi tersendiri ini membuat pekerjaan bisa cepat diselesaikan.

Ia mengatakan biaya jagal sapi, mulai pemotongan hingga bersih, dan daging sudah dipotong-potong dikenakan biaya sekitar Rp 400 ribu-Rp 500 ribu.

"Kalau alat khusus tidak ada. Warga Mandeyan itu beli pisau ya di pasar, tapi kualitasnya bagus. Hanya saja sebelum menyembelih itu berdoa sesuai kepercayaan masing-masing," papar dia.

Suasana kampung jagal sapi, Dusun Mandeyan, Desa Pucanganom, Kecamatan Giritontro, Wonogiri, Senin (13/6/2022).Suasana kampung jagal sapi, Dusun Mandeyan, Desa Pucanganom, Kecamatan Giritontro, Wonogiri, Senin (13/6/2022). Foto: Muhammad Aris Munandar/detikJateng

Menurut Sukino, dulu sekitar tahun 1980 di Mandeyan ada sekitar sepuluh warga yang menjual daging sapi hasil dari sembelihan sendiri. Di Mandeyan dikenal dengan istilah jagalan. Masa kejayaan para pemilik jagalan itu mulai dari 1990 hingga 2010.

"Kalau sekarang hanya tinggal empat tempat yang menjual daging sapi. Itu sudah generasi kedua atau anak-anak keturunannya. Kalau yang sesepuh atau pendirinya sudah tidak ada. Sekarang juga ada yang menyambi motong ayam juga," kata dia.

Sukino menjadi salah satu saksi kejayaan jagal sapi di Mandeyan pada masa itu. Sebab ia ikut menyembelih sapi di salah satu pemilik jagalan sapi. Saat itu ia pernah memotong hewan sebanyak 20 ekor pada malam Idul Fitri. Harga sapi pada waktu itu sekitar Rp 5 juta/ekor.

"Dulu itu yang pertama punya jagalan Mbah Samiyem-Mbah Atmowirejo. Kemudian saudara-saudaranya ikut mendirikan jagalan. Jadi yang punya usaha jual daging sapi itu masih satu trah. Sapi yang disembelih, dagingnya dijual ke sejumlah tempat di wilayah Wonogiri," pungkas Sukino.




(rih/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads