BKB Tanggapi Kekhawatiran Umat Buddha soal Tarif Naik Candi Borobudur

BKB Tanggapi Kekhawatiran Umat Buddha soal Tarif Naik Candi Borobudur

Eko Susanto - detikJateng
Senin, 06 Jun 2022 22:48 WIB
MAGELANG, INDONESIA - MAY 7 People visit Borobudur Temple during the Eid al-Fitr holiday in Magelang, Central Java Province, Indonesia on May 7, 2022. Thousands of people from various regions visit Borobudur Temple to spend Eid Al-Fitr On the holiday, the official said peak tourist arrivals are predicted will happen on May 8th. (Photo by Kiki Cahyadi/Anadolu Agency via Getty Images)
Candi Borobudur (7/5/2022). Foto: Anadolu Agency via Getty Images/Anadolu Agency
Magelang -

Rencana tarif Rp 750 ribu untuk naik ke Candi Borobudur membuat resah umat Buddha. Kepala Sangha Theravada Indonesia, Bhikkhu Sri Pannyavaro Mahathera, mengusulkan agar pembatasan pengunjung yang ingin naik ke Candi Borobudur menggunakan sistem pendaftaran online.

Menanggapi usulan Bante Pannyavaro, Kepala Balai Konservasi Borobudur (BKB) Wiwit Kasiyati mengatakan pihaknya selalu memfasilitasi umat Buddha yang beribadah di Candi Borobudur.

"Monggo Bante menyampaikan itu ke pengelola TWC (Taman Wisata Candi). Kalau di kami (BKB), memfasilitasi kalau sudah ada surat izinnya. Tidak pernah melihat sudah bayar atau belum, itu nggak," kata Wiwit saat ditemui wartawan di kantor BKB, Senin (6/6/2022).

Wiwit mengatakan, pemanfaatan Candi Borobudur dari aspek agama, pariwisata, ilmu pengetahuan, pendidikan dan kebudayaan itu sudah diatur dalam Undang Undang Cagar Budaya Nomor 11 Tahun 2010.

"Jadi semua punya hak yang sama, nanti tinggal kita atur. Aspek keagamaan juga akan kita atur, bisa sampai struktur untuk ibadah di sana. Kemudian, pengunjung umum pun juga boleh, cuma kita atur karena nanti jumlahnya sedikit, jadi lebih mudah untuk mengaturnya," ujarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wiwit menambahkan, kegiatan keagamaan di Candi Borobudur selama ini juga selalu bersurat atau berizin. Kemudian, BKB memfasilitasi naik menuju pelataran atau naik melalui pintu Kenari.

"Kalau kami tidak melihat dari aspek uang. Selama ini kita memfasilitasi kegiatan agama Buddha, baik Waisak maupun yang sebulan dua kali itu. Itu kami tidak pernah tahu, membayar atau tidak, dan kami tidak menanyakan karena itu bukan ranah kami," jelas Wiwit.

ADVERTISEMENT

"Kami hanya memfasilitasi naik (lewat) pintu Kenari. Kemudian kalau ingin naik ke struktur sampai stupa, kami batasi hanya pimpinan agama atau biksunya. Tapi kalau umat umum ya tidak, jadi terbatas," imbuhnya.

Diberitakan sebelumnya, Kepala Sangha Theravada Indonesia, Bhikkhu Sri Pannyavaro Mahathera, menilai tarif Rp 750 ribu untuk naik ke Candi Borobudur terlalu mahal.

"Rakyat kecil (umat Buddha pedesaan yang cukup banyak di Jawa Tengah) sampai meninggal dunia pun tentu tidak akan mampu naik ke atas candi untuk melakukan puja atau pradaksina, karena harus membayar biaya yang sangat mahal bagi mereka, Rp 750 ribu per orang," kata Bhikkhu Sri Pannavaro dalam keterangan tertulisnya yang diperoleh detikJateng, Senin (6/6).

Jika pembatasan pengunjung yang ingin naik ke Candi Borobudur itu untuk tujuan konservasi, Bhikkhu Sri Pannyavaro Mahathera pun mengusulkan agar digunakan sistem pendaftaran online.

"Kalau pada hari itu kuota sudah penuh, dimohon saja naik pada hari berikutnya atau hari lain. Apalagi pendaftaran bisa dilakukan melalui online," jelas dia.

"Tetapi, jangan hanya yang punya uang saja yang boleh naik, atau dengan jalan lain harus menjadi bhiksu dulu, atau kembali menjadi murid sekolah, tentu hal ini sangat tidak mungkin," lanjutnya.

Untuk diketahui, Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (Persero) memberikan harga tiket terjangkau bagi murid sekolah, yaitu Rp 5 ribu per orang.

"Sebagai wujud keberpihakan kita pada dunia pendidikan, untuk pelajar hanya ditetapkan Rp 5.000. Inilah jawaban kenapa kok mahal, seolah-olah jadi komersial. Tidak, bukan komersial, alasannya beda-beda," kata Edy dikutip dari Antara, Minggu (5/6/2022).




(dil/sip)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads