Di Desa Urutsewu, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, nilai-nilai Pancasila sudah menjadi napas kehidupan warganya sehari-hari. Salah satunya nilai toleransi antarumat beragama yang begitu kasat mata di desa di kaki Gunung Merbabu ini.
Pemeluk agama di desa ini beragam. Ada umat Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha, dan aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tempat peribadatannya juga komplit. Mulai dari masjid, gereja, vihara, dan pura.
Meski hidup berdampingan dalam keberagaman, warga Urutsewu tetap hidup rukun. "Di sini toleransi banget, semua bisa menyatu. Jadi saling kerja sama, gotong-royong bareng," kata Yatini, warga Dukuh Kalidadap RT 1/2 Desa Urutsewu, Ampel, Boyolali, Rabu (1/6/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Dukuh Kalidadap RT 01/02 ini, identitas warganya cukup beragam. Ada umat Islam, Buddha, dan Kristen. Tempat peribadatan umat Budha, yaitu vihara, ada di dukuh ini. Vihara itu hanya berjarak sekitar 100 meter dari masjid.
Yatini mencontohkan tentang toleransi di desanya. "Saat Idul Fitri, kami ikut merayakan. Kami yang dari pemeluk agama Buddha ya ikut sowan (bersilaturahmi ke rumah umat muslim) memberikan ucapan selamat," ujar Yatini, umat Buddha.
Rumah-rumah warga Buddha, imbuh Yatini, juga ikut open house dan menyediakan beraneka makanan untuk tamunya. Dan sebaliknya, ketika mereka merayakan Waisak, para tokoh warga dari agama lain juga diundang dan semuanya hadir.
Senada disampaikan Ketua RT 01/02 Dukuh Kalidadap, Desa Urutsewu, Sumarno. Di RT yang dipimpinnya ada 50-an Kepala Keluarga (KK).
"Disini ada pemeluk agama Islam, Buddha, dan Kristen. Kehidupan masyarakat di sini aman-aman saja, kerukunannya bagus. Nggak ada masalah, toleransinya baik," ujar Sumarno.
"Kami saling menjaga, saling menghargai. Kalau ada pengajian, umat yang lain diundang juga datang. Begitu pula sebaliknya," imbuh dia. Harapan Sumarno diamini Kepala Dusun (Kadus) I Desa Urutsewu, Parmin. " Walaupun beda-beda agamanya, semua hidup rukun, tidak ada masalah, saling membantu," kata Parmin.
(dil/aku)