Menyandang status janda bagi sebagian orang tidaklah mudah. Bagaimana tidak, sudah ditinggal suami, masih kerap dicap miring sebagai wanita penggoda, hingga harus berjuang menjadi tulang punggung keluarga seorang diri.
Namun hidup tanpa suami usai ditinggal mati atau bercerai tidak lantas membuat janda di Banjarnegara, Jawa Tengah, berdiam diri meratapi nasib. Mereka membuat komunitas Janda Kreatif atau Jaket.
Tidak tanggung-tanggung, komunitas yang baru seumur jagung ini kini anggotanya sudah lebih dari 100 orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Anggotanya banyak, memang ada yang keluar, ada yang masuk. Tetapi jumlah keseluruhan lebih dari 100 orang," kata Ketua Jaket, Riningsih usai deklarasi komunitas Jaket di Pendapa Dipayudha Adigraha Banjarnegara, Minggu (22/5/2022).
Perempuan yang akrab disapa Rini Geboy ini mengatakan, komunitas Jaket mulai dibentuk sekitar dua bulan lalu. Ini berawal dari keresahan yang sama oleh sebagian anggota di Forum Rembug Banjarnegara dan baru dideklarasikan hari ini.
"Dibentuknya sekitar dua bulan lalu. Awal mulanya mulai dari grup Forum Rembug Banjarnegara. Dari situ muncul keresahan yang sama, akhirnya memutuskan dibentuk komunitas, dan baru dideklarasikan hari ini," lanjutnya.
Rini menegaskan komunitas ini bukan ajang untuk 'gaya-gayaan'. Tetapi diharapkan mampu membentuk janda yang berkualitas. Salah satunya adalah menjadi janda yang mandiri.
"Komunitas ini intinya adalah pemberdayaan. Bukan untuk gaya-gayaan. Jadi kita saling membantu, kalau ada yang membuka usaha salon misalnya, kenapa cari salon di tempat lain. Atau kalau ada yang belum memiliki pekerjaan, kita saling bantu. Misalnya ada yang usaha kuliner dan butuh tenaga kerja, ya menggunakan tenaga anggota Jaket ini," paparnya.
Tidak hanya itu, nantinya komunitas ini juga akan melakukan berbagai kegiatan pelatihan untuk menambah penghasilan. Karena tidak sedikit janda yang menjadi tulang punggung keluarga seorang diri.
"Dengan menjadi janda status telah berubah, dari tulang rusuk kini menjadi tulang punggung. Jadi kita harus bisa mandiri. Dengan adanya pelatihan nanti bisa menambah penghasilan. Nanti akan ada pelatihan seperti membuat manisan carica, membuat kerajinan dari bambu dan lainnya," kata Rini.
Perempuan yang sudah 19 tahun menjanda ini mengaku stigma miring kerap melekat pada seorang janda. Padahal, menurutnya menjadi seorang janda bukanlah pilihan, namun keadaan.
"Menjadi janda ini konotasinya negatif. Apa-apa jelek, kadang yang baik aja dijelek-jelekin. Makanya sekarang ada yang akhirnya keluar dari komunitas karena belum siap. Mereka merasa menjadi janda itu aib," ungkapnya.
Adanya perasaan tersebut, komunitas Jaket pun mulai menggelar pertemuan rutin satu bulan sekali. Tujuannya sebagai ajang sharing antaranggota.
"Kita ada pertemuan sebulan sekali. Kita saling sharing, saling berbagi untuk saling menguatkan. Kalau ada yang bilang ini itu ya saling menguatkan," ujar warga Desa Tunggoro Kecamatan Sigaluh, Banjarnegara tersebut.
(rih/ahr)