Viral Mural Tokoh Wayang di Menowo Ditimpa Vandalisme 'Pabio Bagor Kemo'

Viral Mural Tokoh Wayang di Menowo Ditimpa Vandalisme 'Pabio Bagor Kemo'

Eko Susanto - detikJateng
Rabu, 11 Mei 2022 16:48 WIB
Mural tokoh wayang yang terkena vandalisme di Menowo, Kota Magelang, Rabu (11/5/2022).
Mural tokoh wayang yang terkena vandalisme di Menowo, Kota Magelang, Rabu (11/5/2022). Foto: Eko Susanto/detikJateng
Magelang -

Mural bergambar tokoh wayang di Menowo, Kota Magelang, viral di media sosial. Karya mural di dinding bangunan itu ditimpa vandalisme oleh orang tak dikenal.

Lokasi mural itu di dekat traffic light arah menuju Sindas, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang. Mural ini persisnya dari arah Kota Magelang berada di sisi kiri jalan.

Mural yang ditimpa vandalisme tersebut berupa lukisan dua anak sekolah, perempuan dan laki-laki. Kemudian ada punakawan, tokoh Semar, Petruk, Gareng dan Bagong. Kemudian ada tulisan 'Anak Yatim Piatu Tidak Meminta Tapi Kita Wajib Peduli'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mural tersebut dilukis pada 12-13 Maret 2022. Namun pada Senin (9/5) pagi diketahui mural tersebut ditimpa coretan dengan tulisan 'Pabio Bagor Kemo' berwarna merah muda. Vandalisme ini hampir menutup separuh mural.

Peristiwa itu mulai viral di media sosial di antaranya Instagram dan Twitter, Selasa (10/5). Salah satu pelukis mural itu, Tomi, mengaku kecewa dengan vandalisme tersebut.

ADVERTISEMENT

"Saya pribadi sebenarnya kecewa. Dengan aksi vandal ini, sebenarnya kecewa, cuman karena street art hukumnya tumpuk-tumpukkan ya mau bagaimana lagi? Cuma dari saya dan teman saya Pak Subki, pengerjaannya (mural) sudah izin resmi," kata Tomi saat ditemui di sekitar mural di Menowo, Rabu (11/5/2022).

Penampakan mural sebelum terkena vandalisme di Menowo, Kota Magelang.Penampakan mural sebelum terkena vandalisme di Menowo, Kota Magelang. Foto: dok. pelukis/Tomi

Pihaknya berharap ke depannya di Kota Magelang tidak terjadi lagi vandalisme yang menimpa pada karya-karya lainnya. Dia juga berharap seni rupa di Kota Magelang diakui dan dibuka selebar-lebarnya.

"Khususnya untuk seni rupa ruang publik, kami dari teman-teman mural membuka pintu buat mungkin generasi baru yang pengin belajar, pengin ngemural bareng. Yuk, kita bareng-bareng nggak usah ada vandal. Selain di mural, mungkin juga dari komunitas gravity juga sama, membuka pintu selebar-lebarnya kepada generasi baru agar tidak terjadi aksi vandalisme seperti ini. Karena kalau aksi vandalisme seperti ini yuk ngerusak to, ngerusak estetik, keindahan dan yang lebih emosi itu kadang-kadang malah netizen sama penikmat," katanya.

Tomi menuturkan, mural yang dilakukan bersama dengan Subki tersebut dilakukan selama dua hari, dari pagi hingga sore. Pihaknya pun telah mengajukan izin ke Pemkot Magelang.

"Pertama kali ke Pak Wali (ngurus izin). Karena yang aksi mural yang pertama itu, alhamdulillah diapresiasi karena sudah mempercantik kota. Saya sekalian minta izin dan menyampaikan gagasan kami, kalau kami punya gagasan mural berbagi energi. Pak Wali memperbolehkan asal pemilik rumah mengizinkan dan tidak mengandung unsur SARA," tuturnya.

"Setelah dari anjuran dari Pak Wali, kami ke yang punya rumah Pak Wiguna. Itu kami izin nggak cuman lisan, takutnya bisa berubah pikiran, kami tertulis (izin) ada meterai dan tanda tangan basah. Memang resmi (izin) dari pemerintah itu izin sama Pak Wali agar ketika kami proses pengerjaan tidak dioprak-oprak Satpol PP," tuturnya.

Dihubungi terpisah, Ketua Dewan Kesenian Kota Magelang (DKKM) Muhammad Nafi mengatakan perlu ada kesepakatan antarpelaku seni rupa. Adapun untuk bidang mural di ruang terbuka tentunya ada durasi masa pudarnya sehingga perlu perbaikan atau pembaharuan secara berkala.

"Para pelaku mural, gravity, vandal di Magelang dari dulu sering saling menumpuki karya satu sama lainnya yang didasari alasan eksistensial antarkelompok. Di sini perlu diatur bagaimana antar kelompok bisa bersaing ataupun bisa juga bersinergi secara positif. Jangan sampai muncul karena iri dengki atau sentimen negatif antarkelompok," ujar Nafi saat dimintai tanggapan atas vandalisme tersebut.

"Perlu bicara satu sama lain saling mempererat tali persaudaraan antarkelompok baik sebagai warga Magelang maupun sebagai perupa jalanan. Etika hidup bersama jadi penting untuk kita semua," tuturnya.

Menurut Nafi, sampai sekarang belum diketahui aksi penumpukan karya mural dengan gravity dilakukan oleh kelompok siapa. Pihaknya juga sudah menanyakan kepada pihak berwenang untuk melihat rekaman CCTV.

"Di sekitar lokasi ada CCTV dan sedang kita tanyakan ke pihak yang berwenang (Polres Magelang Kota dan Dishub Kota Magelang) apa diperkenankan untuk melihat rekaman CCTV tersebut. Saya kira perlu kesadaran semua pihak untuk saling duduk bersama dan lebih mengedepankan kepentingan bersama daripada ego kelompok masing-masing," ujar Nafi.

Salah seorang warga Grabag, Kabupaten Magelang, Yanuar, sengaja datang di lokasi mural yang terkena vandalisme tersebut setelah ramai di Twitter.

"Semalam (lihat aksi vandalisme) di Twitter, langsung dari Grabag ke sini. Karena hari Minggu (8/5), lewat sini ada bener-bener mural keren, mural yang edukatif terus, wah kok kayak gini," ujar Yanuar yang akrab dipanggil Yayan, itu.




(rih/ams)


Hide Ads