Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Boyolali, Jawa Tengah, memastikan 15 ekor sapi di Desa Singosari, Kecamatan Mojosongo terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK). Disnakan Boyolali pun me-lockdown kandang berisi belasan sapi sakit itu.
"Kita menutup di sini rapat-rapat. Kita lockdown (kandang sapi)," kata Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Boyolali, Lusia Dyah Suciati, saat ditemui disela-sela pemeriksaan sapi yang terjangkit PMK di Desa Singosari, Kecamatan Mojosongo, Selasa (10/5/2022).
Lusia menerangkan belasan sapi itu bakal terus diperiksa kondisinya setiap hari dan disuntik vitamin. Setiap dua hari sekali, kandang itu juga bakal disemprot disinfektan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setiap hari kita cek. Yang kita berikan sifatnya bukan obat, tapi vitamin. Jadi kalau diberikan secara rutin pun tidak akan menjadi masalah. Jadi akan lebih baik," ujar Lusia.
Pengetatan ini dilakukan karena penyakit mulut dan kuku yang disebabkan oleh virus itu menyebar sangat cepat. Menurut dia, awalnya kasus PMK ini ditemukan di sejumlah wilayah di Provinsi Jawa Timur. Kemudian baru pada Sabtu (7/5) kemarin, kasus ini ditemukan di Boyolali.
Lusia mengatakan di wilayah Jawa Tengah kasus penyakit mulut dan kuku ini baru ditemukan di Boyolali dan ditengarai di Rembang. Menyoal sumber penularan virus ini, Lusia mengaku tidak tahu.
"Pastinya kami nggak tahu (tertularnya PMK sapi di Boyolali. Tapi informasi dari pemiliknya, beliau itu membeli satu minggu sebelum lebaran dari daerah Pracimantoro (Wonogiri). Tetapi pedagangnya dari mana kami nggak tahu," terang dia.
Dengan temuan kasus ini, pihaknya pun bergerak untuk mengantisipasi penyebaran virus PMK, dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat, baik melalui media sosial maupun langsung kepada Paguyuban Peternak. Lusia juga mengimbau kepada masyarakat untuk sementara waktu tidak membeli sapi dari luar daerah.
"Kami bersama teman-teman di lapangan sudah gerakan sosialisasi baik medsos, juga melalui langsung ke paguyuban peternak untuk menjaga kebersihan, juga sementara waktu tidak mengambil sapi dari luar dulu, untuk melihat kondisi perkembangannya lebih baik dulu," imbau Lusia.
Pihaknya juga berkoordinasi dengan Dinas Perdagangan dan Perindustrian, agar memantau kondisi di pasar-pasar hewan di Boyolali. Jika kasusnya semakin merebak, tidak menutup kemungkinan pasar-pasar hewan di Boyolali untuk ditutup lebih dahulu.
"Kami sudah koordinasi dengan Disdagperin. Kita semua berharap PMK ini cukup di Singosari, tetapi tidak menutup kemungkinan kalau harapan kita luput, istilahnya ternyata bisa menyebar ke wilayah lain, ya beliau (Disdagperin) harus siap-siap penutupan pasar hewan sementara," kata dia.
"Tetapi ini menunjukkan indikasi yang lebih baik. Jadi sementara lebih kita ketatkan dulu, sementara pasar operasionalnya untuk pedagang lokal saja," pungkasnya.
(ams/sip)