Gereja-Masjid Berhadapan: Ibadah Jumat Agung Lebih Pagi untuk Hormati Jumatan

Toleransi di Jepara

Gereja-Masjid Berhadapan: Ibadah Jumat Agung Lebih Pagi untuk Hormati Jumatan

Dian Utoro Aji - detikJateng
Jumat, 15 Apr 2022 11:21 WIB
Umat Kristiani Desa Tempur melaksanakan peringatan Wafat Isa Al-masih di gereja yang berhadapan dengan masjid di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Jepara, Jumat (15/4/2022).
Umat Kristiani Desa Tempur melaksanakan peringatan Wafat Isa Al-masih di gereja yang berhadapan dengan masjid di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Jepara, Jumat (15/4/2022). (Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng)
Jepara -

Peringatan Wafat Isa Al-Masih di gereja yang berhadapan dengan masjid di Desa Tempur Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara berlangsung secara sederhana. Tak hanya itu, ibadah Jumat Agung digelar lebih pagi untuk menghormati umat Islam yang melaksanakan salat Jumat pada siang harinya.

Pantauan detikJateng di lokasi, Jumat (15/4) pelaksanaan ibadah Jumat Agung dimulai pukul 08.00 WIB. Umat Kristiani warga Desa Tempur datang ke Gereja Injil Tanah Jawa Tempur yang berhadapan dengan Masjid Nurul Hikmah.

Umat Kristiani melaksanakan ibadah Jumat Agung dengan khidmat hingga selesai pada sekitar pukul 09.00 WIB.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pendeta Gereja Injil Tanah Jawa Tempur, Suwadi, mengatakan ibadah Jumat dilakukan lebih pagi hari ini. Hal tersebut karena bertepatan juga hari Jumat, di mana umat muslim akan melaksanakan salat Jumat siangnya.

"Menghormati yang mau jumatan nanti siang, kalau bareng kan dumpyuk (bersamaan), sudah ada koordinasi lebih dulu saya ambil jam 8.00 WIB sampai jam 09.00 WIB," ujar Suwadi kepada detikJateng ditemui di lokasi, Jumat (15/4/2022).

ADVERTISEMENT

Dia mengatakan pelaksanaan Jumat Agung dilakukan dengan khidmat. Ada sebanyak 20 umat Kristiani yang menjalani ibadah di gereja yang lokasinya berhadapan dengan masjid tersebut.

"Hari ini pelaksanaan Jumat Agung bukan tradisi itu memang sudah ketentuan Tuhan Yesus Kristus kalau hari ini adalah hari Jumat Agung," jelas Suwadi.

"Jumat Agung ini masalah kematiannya, kehidupan dan mendamaikan manusia, diambil dari Yohanes 19 ayat 16.30 temanya kematian yang menghidupkan yang mendamaikan terus keterangannya adalah pengorbanan Yesus adalah simbol harapan dan penyertaan Tuhan bagi setiap orang," sambung dia.

Suwadi pun berharap agar rasa toleransi ini tetap dijaga. Kata dia bukan hanya di Desa Tempur saja, melainkan untuk seluruh warga Indonesia.

"Toleransi bukan hanya Desa Tempur tapi luar desa Tempur, Kabupaten, Provinsi pusat seluruh Indonesia. Kalau Indonesia sangat kuat menjadi toleransi tembok perlindungan atas Indonesia NKRI tetap jaya, sehingga pemimpin bangsa hidup dalam kebenaran dan keadilan menjunjung pancasila dan UUD 45," harap Suwadi.

Untuk diketahui gereja dan masjid ini saling berhadapan. Jaraknya pun sekitar 5 meter saja. Gereja ini dibangun lebih dahulu sekitar tahun 1988. Sedangkan masjidnya baru 2003.

"Ini dibangun lebih dulu gerejanya, ini saya pendeta di sini. Sedangkan masjid ini kakak saya sebagai pengurus," terang Suwadi.




(sip/sip)


Hide Ads