Ramai namun khusyuk terasa di Masjid Agung Payaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Terlihat para santri sepuh atau lanjut usia sedang tekun beribadan di serambi masjid tersebut.
Padahal ada pengumuman penutupan ponpes santri sepuh yang dipasang di kawasan masjid tersebut. Pengumuman itu berbunyi 'Bulan Romadlon 1443 H Pondok Pesantren Sepuh Putri Masjid Agung Payaman LIBUR'
Kendati pengumuman tersebut sudah dipasang sejak jauh hari sebelum Ramadan, animo para lansia untuk nyantri tak terbendung. Sekalipun jumlah santri yang datang kali ini tak seperti pada tahun-tahun sebelum pandemi. Namun jumlahnya sekitar puluhan orang dan berasal dari sekitar Jawa Tengah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika pada masa sebelum pandemi santri sepuh menginap di masjid maupun pondok yang ada, namun kali ini para lansia ini tinggal di rumah-rumah warga sekitar masjid.
"Vakum (dua tahun) nggak (pesantren sepuh) karena pandemi. Istilah (sekarang) ada yang bertahan melestarikan seperti tahun-tahun yang dulu, tapi bertempat (tinggal) di tetangga masjid," kata pengasuh pondok sepuh, KH Muhammad Tibyan AM, kepada wartawan, Kamis (14/4/2022).
Tibyan mengatakan saat ini ada tujuh orang santri sepuh yang tinggal di rumahnya. Sementara santri sepuh lainnya tinggal di rumah-rumah warga lainnya.
"Ya tidak sebanyak dulu hanya 5 persen, melorotnya 95 persen," tuturnya.
Tibyan menuturkan semangat para santri sepuh selama Ramadan tak terbendung karena merasa sedang mempersiapkan bekal menghadapi kematian.
"Ya (motivasi) ini di belakang masjid (ada makam). Motivasinya nanti kita akan bertempat ruangan 1 meter, 2 meter (liang kubur)," ujar dia.
"Bekal ya ke sana. Istilahnya bekal pergi ke Semarang pakai harta, ke Jakarta jauh, terus sampai Singapura jauh lagi. Ya bekalnya lebih banyak. Kalau di sini alam gaib, namanya alam barzah. Ini apa, apakah uang, apakah ibadah, ternyata ibadah," katanya.
Tibyan mengatakan, dalam kondisi normal santri sepuh yang datang di ponpesnya saat Ramadan bisa mencapai 400-an orang. Mereka datang dari berbagai daerah di Indonesia misalnya Kalimantan, Papua, maupun daerah lainnya.
"(tahun ini) Jawa Tengah, Jogja saja, nggak ada yang lain (daerah)," ujarnya.
Salah seorang santri sepuh, Sami (70), warga Glagah Mertoyudan Magelang mengaku telah 9 tahun menjadi santri di ponpes ini. Dulunya di rumah berjualan dan tidak bisa membaca Al-Qur'an.
"Dulunya di rumah hanya berjualan, tidak bisa baca Al-Qur'an di sini bisa baca Al-Qur'an. Bersyukur dapat pitulungan (petunjuk)," ujarnya.
Nenek yang memiliki 13 cucu juga bercerita selain bisa membaca Al-Qur'an dia juga bisa salat berjemaah.
"Bade pados sangune mati (mau mencari bekal untuk meninggal)," ujar dia.
(sip/sip)