Tanaman Kapulaga Dituding Jadi Penyebab Longsor di Purbalingga, Kok Bisa?

Tanaman Kapulaga Dituding Jadi Penyebab Longsor di Purbalingga, Kok Bisa?

Vandi Romadhon - detikJateng
Kamis, 07 Apr 2022 09:25 WIB
Kondisi longsor di Desa Sirau, Kecamatan Karangmoncol, Purbalingga, Rabu (6/4/2022).
Kondisi longsor di Desa Sirau, Kecamatan Karangmoncol, Purbalingga, Rabu (6/4/2022) Foto: dok. Polsek Karangmoncol
Purbalingga -

Peristiwa tanah longsor terjadi di beberapa titik di Desa Sirau, Kecamatan Karangmoncol, Purbalingga, pada Rabu (6/4/2022). Sejumlah kalangan menuding alih fungsi hutan menjadi penyebab kejadian tersebut.

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Autentic Desa Sirau Hendri Sutrisno mengungkap longsor yang terus menerus terjadi salah satunya diakibatkan oleh masifnya perusakan hutan. Selain itu, pemanfaatan hutan yang tidak tepat sehingga berpotensi menjadi sumber bencana.

Menurutnya, tanah longsor sudah beberapa kali terjadi di desa itu. Kejadian tanah longsor kemarin merupakan kejadian yang lebih besar dibanding longsoran yang sebelumnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat ini banyak hutan yang sudah dirambah atau diubah menjadi kebun kapulaga. Akibatnya, kemarin longsor lebih besar dari sebelumnya. Material batunya lebih besar-besar dan lebih banyak," kata Hendri kepada detikJateng, Kamis (7/4/2022).

Senada, aktivis pecinta alam Purbalingga. Teguh Pratomo dari Perhimpunan Pegiat Alam (PPA) Gasda menyatakan hasil turun lapang yang dilaksanakan belum lama ini memang membeberkan fakta bahwa kawasan hutan yang seharusnya ditumbuhi pepohonan sudah berubah menjadi kebun kapulaga.

ADVERTISEMENT

"Kami melakukan survei pada 4-6 Maret 2022 lalu dan faktanya memang demikian. Daerah yang seharusnya hutan lindung sudah menjadi 'Taman Kapulaga Indah'. Selain itu memang terjadi juga penebangan liar," kata Teguh.

Menurut hasil surveinya, kawasan hutan mulai dari Desa Kramat sampai ke Sirau kondisinya memang sudah memprihatinkan. "Jika dari tepi jalan masih tampak seperti hutan, tak sampai 1 kilometer kami berjalan sudah penuh tanaman kapulaga," tuturnya.

Kelompok Perhimpunan Pegiat Alam (PPA) Gasda melakukan survei kerusakan hutan di Desa Sirau, Purbalingga.Kelompok Perhimpunan Pegiat Alam (PPA) Gasda melakukan survei kerusakan hutan di Desa Sirau, Purbalingga. Foto: dok PPA Gasda

Terpisah, Penyuluh Kehutanan Wilayah Karangmoncol, Hijrah Utama menyampaikan budi daya kapulaga tanpa memperhatikan kondisi tutupan lahan memang tidak baik dari sisi konservasi.

"Sebenarnya kapulaga adalah tanaman tumpangsari namun karena kondisi tanaman pokok kayu-kayuannya hilang menyebabkan tanah kehilangan daya cengkram sehingga longsor kerap kali terjadi. Jadi permasalahan pokok sebenarnya lebih diakibatkan hilangnya tanaman pokok kayu-kayuan," kata Hijrah.

Apalagi menurutnya kondisi lahan di area sekitar jalur Siregol memang memiliki kemiringan curam yang seharusnya memang untuk konservasi bukan budidaya. Ditambah saat ini, tanaman pokok, kondisinya banyak yang ditebang.

"Jika tutupan lahannya berkurang atau hilang dengan curah hujan yang tinggi tentunya akan meningkatkan risiko longsor, itulah yang terjadi di Siregol," tutupnya.




(ahr/ahr)


Hide Ads