Kontroversi Ngaji Bareng di Malioboro

Round-Up

Kontroversi Ngaji Bareng di Malioboro

Tim detikJateng - detikJateng
Jumat, 01 Apr 2022 06:15 WIB
Couple of glowing Moroccan ornamental lanterns on the table. Greeting card, invitation for Muslim holy month Ramadan Kareem, festive blue night background with glittering golden bokeh lights.
Ilustrasi mengaji (Foto: Getty Images/iStockphoto/Tabitazn)
Yogyakarta -

Jagad media sosial ramai dengan pro dan kontra kegiatan Jogja Mengaji di Malioboro pada Minggu (27/3). Penyelenggara kegiatan itu buka suara memberi penjelasan.

Dari hasil penelusuran detikJateng, kegiatan membaca Al-Qur'an di Malioboro merupakan bagian dari Jogja Mengaji yang digelar oleh Badan Wakaf Al-Qur'an (BWA) Jogja.

Kepala Cabang BWA Jogja Narko A Fikri menjelaskan kegiatan itu spontanitas. Sebelum di Malioboro, mereka menggelar Jogja Mengaji di Grand Inna yang juga berada di kawasan Malioboro.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ya itu hanya syukuran kami aja, BWA Jogja itu kan sejak 2018 sampai sekarang sudah mendistribusikan 10 ribu lebih Al-Qur'an di Jogja. Makanya kita buat semacam syukuranlah ngaji, yang kita baca juga hanya suratnya surat Yasin tok itu, hanya 10 menitan kok. Ndak lama," kata Abah Narko, sapaan akrabnya, saat dihubungi detikjateng, Kamis (31/3/2022).

Abah Narko menegaskan, pihaknya sama sekali tak punya kepentingan.

ADVERTISEMENT

"Kepentingannya untuk branding BWA saja. Pesertanya kan saya punya santri-santri saja," katanya.

Pihaknya pun menjelaskan alasan memilih Malioboro sebagai tempat mengaji.

"Dipilih di Malioboro, acaranya flashmob ya, acara spontanitas. Maksudnya kita, Masjid Gede kan ini terbuka kan dibatasi juga, dan memang kita ingin membuat tradisi yang baru," kata Abah Narko.

Maksud tradisi baru itu yakni membuat masyarakat menyambut Ramadan ini riang gembira. Pihaknya pun mendorong warga cinta membaca Al-Qur'an.

"Spontanitas, acara kita hari Ahad di Inna Garuda, Jogja Mengajinya. Dari jam setengah 1 (12.30) sampai jam 10 malam. Itu ada selawatan Jawa, macam-macam, yang kita angkat ini ada budayanya ada wayangnya juga," jelasnya.

Narko mengaku sudah memprediksi ada pro-kontra terkait kegiatan mengaji di Malioboro akan jadi pro kontra.

"Sudah kita prediksikanlah, ada yang senang, ada yang nggak gitu tapi semua itu bermula dari niat baik kita untuk mengajak masyarakat Jogja menyambut Ramadan dengan riang gembira, dan dekat dengan Al-Qur'an karena ini kan pandemi sudah mulai tidak seperti tahun lalu. Sehingga diharapkan menyambut Ramadan ini bisa kembali cengkerama dengan Al-Qur'an," terangnya.

Diberitakan sebelumnya, video yang memperlihatkan sekumpulan orang yang mengaji bersama di Jalan Malioboro, Jogja, menyebar di media sosial. Selain mengaji, sebagian lainnya juga berbaris sembari membaca selawat.

Dalam video tersebut, sebagian peserta duduk di kursi-kursi yang ada di pinggir Jalan Malioboro sembari membaca kitab. Sedangkan kelompok yang membaca selawat berdiri mengenakan kaus hijau di tepi jalan.

Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kawasan Cagar Budaya Malioboro, Ekwanto menegaskan bahwa penyelenggara acara itu tidak meminta izin kepadanya sebagai pengelola.

"Tidak ada izin. Kalau mengajukan izin justru tidak kami perbolehkan," kata dia saat dikonfirmasi, Rabu (30/3).

Ekwanto menjelaskan, secara fungsi, Jalan Malioboro adalah milik semua masyarakat. Hal itu membuat pihaknya tidak mengizinkan jalan itu digunakan untuk kegiatan yang digelar oleh satu kelompok agama.




(rih/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads