Planetarium UIN Walisongo Semarang akan menjadi salah satu lokasi untuk rukyatul hilal untuk menentukan 1 Ramadan 1443 H di Jawa Tengah besok. Dalam kegiatan ini, Planetarium UIN Walisongo akan menggunakan tiga teropong.
Dikutip dari situs Pemprov Jateng, Kamis (31/3/2022), rukyatul hilal dipusatkan di Lantai 3 Planetarium Kampus 3 UIN Walisongo, pada Jumat, 1 April 2022 sore.
"Alat yang kita datangkan cukup besar dan sangat bagus. Kita gunakan ini untuk melihat hilal dari sini, di mana hilal berada, di atas ufuk setinggi berapa, di sinilah akan menggunakan teropong hilal," ujar Kepala Planetarium dan Observatorium UIN Walisongo Ahmad Syifaul Anam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan ada tiga teropong di lantai 3 planetarium. Yakni, teropong besar dipakai untuk melihat objek kedalaman langit (deep sky object), teropong hilal, dan teropong matahari.
"Yang kita pakai nanti khusus yang teropong hilal. Karena dia mempunyai karakter sendiri," terang Syifa.
Di samping itu pula akan ditambah dengan teropong portabel, dengan penempatannya berada di titik lain, namun masih di lingkungan gedung. Alat-alat itu juga bisa tergabung secara simultan dan terintegrasi, sehingga memungkinkan bisa terlihat langsung dengan aktivitas yang ada di ruang planetarium.
"Apa yang dilihat perukyah bisa ditransformasikan, bisa dilihat oleh orang lain bersama-sama. Untuk menentukan awal Ramadan," imbuhnya.
Sementara itu, lanjut Syifa, teropong hilal akan melihat benda yang cukup dekat dan bisa tertangkap teropong dengan pembesaran objek yang mumpuni.
"Untuk alat ini sudah cukup besar karena bisa memenuhi semua lingkaran di teropong ini. Sehingga hilal akan kelihatan betul," jelas Syifa.
Dia mengatakan rukyatul hilal akan diawali dengan para perukyat (pengamat) hilal akan terlebih dulu ke ruang planetarium untuk mengikuti kegiatan simulatif, yakni memberi gambaran perkiraan bentuk hilal yang akan dipantau nanti.
Kemudian pengamat akan menuju lantai 3 planetarium untuk melakukan rukyatul hilal. Namun tidak menutup kemungkinan pula, kata Syifa, ada potensi terhalang gangguan cahaya senja, dan awan.
"Sebetulnya saat rukyat dimungkinkan ada gangguan fisis, terutama gangguan dari cahaya senja. Jadi ketika matahari tenggelam maka tidak langsung gelap gulita, tapi gradual sinar matahari yang mulai hilang ketika betul-betul jauh itu baru hilang," ucapnya.
Gangguan fisis atau cahaya senja, terang Syifa, dalam intensitas besok hilal itu masih terlalu redup, sehingga memungkinkan hilal bisa dilihat, atau bisa didapat. Hasil rukyatul hilal tersebut, kemudian akan dilaporkan sebagai bahan pertimbangan sidang isbat awal Ramadan 1443 H.
(sip/ams)