Jumlah anak penderita stunting di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, terbilang tinggi. Ironisnya, program makanan tambahan (PMT) yang menjadi solusi pengentasan stunting justru dihapus.
"Tahun 2021 kami masih ada PMT. Tapi sekarang, sejak awal 2022, sudah tidak ada. (PMT) Sudah diajukan tapi katanya tidak disetujui. Akhirnya mereka hanya dapat bantuan biskuit," kata ahli gizi Puskesmas Sidamulya, Kecamatan Wanasari, Brebes, Muhadiroh, Rabu (30/3/2022).
Dihapuskannya program makanan tambahan itu dikeluhkan Sayem (70), salah satu warga Desa Wanasari, Kecamatan Wanasari. Tiap hari Sayem mengasuh cucunya, Belfania Saskia Putri, balita yang menderita stunting.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memasuki umur 4 tahun, Belfania hanya memiliki berat badan 9 kilogram. Menurut ahli gizi puskesmas, berat badan normal anak seusianya lebih dari 11 kilogram.
Belfania adalah anak ketiga dari pasangan Sakuri dan Renti. Sakuri bekerja sebagai penambang pasir. Sedangkan Renti sebagai asisten rumah tangga. Tiap hari, mereka berangkat kerja sejak pagi dan petang baru pulang.
Sayem mengatakan, pendapatan orang tua Belfania hanya cukup untuk makan seadanya. Sehingga anak-anak mereka tidak setiap hari bisa makan makanan bergizi.
"Maklum, tidak ada duit buat beli lauk ikan, telur, apalagi daging. Biasanya sih ikan sama ayam, tapi itu pun tidak bisa setiap hari," ungkap Sayem ditemui di rumahnya, Rabu (30/3).
Menurut Muhadiroh, Desa Wanasari semula masuk desa locus (tempat) stunting. Namun, berdasarkan penimbangan serentak pada Februari 2022, Wanasari tidak lagi termasuk dalam kategori desa locus stunting.
Data dari Puskesmas Sidamulya menunjukkan, pasien stunting di Desa Wanasari ada 20 balita dari 380 balita (5,2%). Sedangkan di lingkup kerja puskesmas, jumlah pasien stunting sebanyak 85 balita dari 2.388 balita (3,55%).
Pasien stunting sebanyak itu tersebar di enam desa di wilayah kerja Puskesmas Sidamulya, yaitu Desa Sidamulya, Lengkong, Wanasari, Siasem, Pebatan, dan Sigentong.
"(Menurut data itu, Desa Wanasari) Sudah tidak masuk desa locus stunting lagi. Karena secara persentase, baik desa maupun puskesmas, di bawah 20 persen," jelas Muhadiroh.
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes Inneke Tri Sulistyowati membenarkan soal tingginya angka stunting di daerahnya.
"Barusan dapat info dari DP3KB Jawa Tengah, Brebes menempati urutan ketiga. Brebes memang menjadi daerah yang memiliki angka stunting tinggi," kata Tri, Rabu (30/3).
Tri mengatakan, Dinkes dan OPD lain yang dikoordinir Baperlitbangda Brebes sudah melakukan intervensi dalam mengentaskan masalah stunting. Kendati demikian, Inke tidak membantah tentang sudah tidak adanya PMT.
"Kalau memang sekarang tidak ada PMT, itu karena memang tidak ada anggaran. Tapi itu kan bisa diambil dari dana desa, baik untuk ibu hamil maupun balita," ujar Tri.
Berikut ini 10 desa di Brebes yang memiliki jumlah balita penderita stunting terbanyak menurut data dari Baperlitbangda Brebes:
1. Kluwut 264 balita
2. Grinting 248 balita
3. Larangan 176 balita
4. Bumiayu 171 balita
5. Wanatirta 159 balita
6. Winduaji 138 balita
7. Sengon 132 balita
8. Kutamendala 127 balita
9. Cimohong 123 balita
10. Jagapura 120 balita
Sedangkan secara persentase, desa yang paling banyak penderita stunting adalah:
1. Kluwut 35,19 persen
2. Rajawetan 29,93 persen
3. Cipetung 28.2 persen
4. Bangbayang 27,69 persen
5. Grinting 27.59 persen
6. Bentarsari 27,16 persen
7. Purbayasa 26,98 persen
8. Sutamaja 26,54 persen
9. Limbangan Kersana 25.43 persen
10. Kutamendala 25.36 persen.
(dil/mbr)