Sosok Pendeta Saifuddin Ibrahim di Mata Teman Kuliahnya di Shabran

Sosok Pendeta Saifuddin Ibrahim di Mata Teman Kuliahnya di Shabran

Ari Purnomo - detikJateng
Kamis, 17 Mar 2022 18:55 WIB
Pendeta bernama Saifuddin Ibrahim atau Abraham Ben Moses kembali bikin heboh karena meminta Menag Yaqut Cholil Qoumas menghapus 300 ayat Al-Quran. (YouTube Saifuddin Ibrahim)
Foto: Pendeta bernama Saifuddin Ibrahim atau Abraham Ben Moses kembali bikin heboh karena meminta Menag Yaqut Cholil Qoumas menghapus 300 ayat Al-Qur'an. (YouTube Saifuddin Ibrahim)
Solo -

Sosok Saifuddin Ibrahim menjadi sorotan setelah pernyataannya yang meminta pemerintah menghapus 300 ayat Al-Qur'an. Saifuddin merupakan alumni di Pondok Hajah Nuriyah Shabran-UMS angkatan tahun 1984. Seperti apa sosoknya?

Salah satu teman kuliah Saifuddin, Budi Nurastowo Bintriman menceritakan mengenai sosok temannya itu sebelum akhirnya murtad, dan menjadi pendeta di tahun 2014.

"Saya dengan Saifuddin Ibrahim sama-sama kader Pondok Hajah Nuriyah Shabran-UMS. Bedanya saya angkatan tahun 1986, sedang Saifuddin Ibrahim angkatan tahun 1984," ujar Budi kepada detikJateng, Kamis (17/3/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Budi menyebut Saifuddin merupakan sosok yang murah senyum dan dikenal oleh para juniornya. Kala itu pendeta Saifuddin Ibrahim itu pun tipe kakak tingkat yang dekat dengan para juniornya.

"Dia bersikap begitu kepada siapa saja. Pembawaannya riang-riang saja, makanya ia cepat dan mudah dikenal oleh adik-adik tingkatnya. Sehingga banyak sekali mereka yang suka kepada keramahannya," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Kedekatan itulah yang membuat Saifuddin dijuluki 'Bang Kocek'. Sebutan itu menjadi nama pena Saifuddin saat menjadi penanggung jawab salah satu rubrik pers mahasantri Pondok Hajah Nuriyah Shabran-UMS.

"Rubrik itu berisi nilai-nilai sufisme Islami yang dikemas dengan redaksional entheng-enthengan. Dalam tulisan-tulisannya, Saifuddin Ibrahim biasa mengangkat kisah-kisah jenaka penuh makna dari Nasrudin Efendi (Abu Nawas versi negeri Turki)," katanya.

Budi melanjutkan, pada 1994 Saifuddin mengabdi di Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqom Sawangan Bogor milik Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DKI Jakarta. Pesantren tersebut kala itu kesusupan paham NII KW IX (Negara Islam Indonesia Komando Wilayah Sembilan) Pimpinan Abu Toto atau Panji Gurmilang. Kala itu Saifuddin menjadi salah satu yang terpengaruh dengan pemahaman itu.

"Di situ jadi ada pertanyaan yang luar biasa besarnya. Bagaimana ceritanya, Saifuddin Ibrahim yang kader elite Muhammadiyah bisa menyebarkan paham sesat itu ke Pondok Pesantren," jelasnya.

Budi juga menyampaikan, dirinya sempat bertemu dengan Saifuddin pada 1995. Dia terkejut melihat penampilannya Saifudin yang perlente.

"Bajunya, celananya, sepatunya, sabuk gespernya, dan arlojinya, semuanya branded. Ia juga mengenakan cincin emas yang sangat mencolok. Sesuatu hal yang saat di Pondok Hajah Nuriyah Shabran-UMS dahulu, tak terbayangkan bisa nempel pada diri 'Bang Kocek'," ungkapnya.

Tidak hanya itu, Budi ingat di pinggang Saifuddin kala itu juga terselip alat komunikasi pager atau penyeranta, sebuah alat komunikasi tercanggih saat itu. Kendaraan yang dia pakai pun motor Honda GL 125 cc keluaran terbaru.

"Sikap riang dan ceria Saifuddin masih ada. Hanya saja, ia ada tambah sikap petentang-petenteng. Itu sangat kurasakan saat ia ngobral atau mendakwahkan 'seperioritas; Gerombolan NII KW IX kepada saya," tutur Budi.

Pada 2014, Budi memperoleh kabar tentang proses murtadnya Saifuddin. Kabar tersebut didapatkan dari seorang guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di Pondok Pesantren Al-Zaitun Indramayu. Budi pun mengaku tak kaget dengan murtadnya Saifuddin.

"Saya cuma heran, kenapa dia jadi sebodoh itu dalam keberanian/kenekatannya nyinggung-nyinggung agama lain. Dia Kristen tapi ngurusi agama Islam," sesal Budi.




(ams/ahr)


Hide Ads