Pesan itu menyebutkan buruh rokok di Kudus tidak kunjung pulang hingga petang hari. Hal tersebut pun menjadikan pihak keluarga merasa khawatir dan waswas.
"Entah motif apa yang dilakukan oleh management djarum brak Kaliputu sehingga 1 brak kaliputu dari subuh sampai sekarang belum pulang dengan dalih dijadikan saksi semua. Dasar dan mekanismenya apa? Pihak keluarga semua was-was dengan ulah management brak kaliputu.. Tolong dishare min," tulis seorang pihak keluarga yang enggan disebutkan namanya, saat dilihat detikJateng, Rabu (16/3/2022).
"Siap valid min. Istri saya sendiri sampai sekarang belum pulang tadi sempat nelpon jam 17.35 katanya baru mau balik, tapi sampai sekarang belum ada balik, saya pun jadi khawatir," sambung dia.
Konfirmasi Perusahaan
Kepala Bagian Brak SKT (Sigaret Kretek Tangan) Burikan, Adityo Nugroho saat dimintai konfirmasi mengatakan informasi yang beredar di media sosial tidak benar. Ribuan buruh rokok di brak tersebut pulang sesuai jadwal.
"Itu informasi yang tidak benar, artinya karyawan kemarin masuk dan pulang kerja secara normal. Jam kerja masuk jam 05.00 WIB pulang jam 13.00 WIB, kalau masuk jam 06.00 WIB pulang 14.00 WIB," terang Adityo kepada wartawan ditemui di kantornya siang tadi.
"Tinggal tunggu pengepakan, karena itu sampai siang juga, jadi bisa sampai jam 15.00 WIB," sambungnya.
Adityo menuturkan pihaknya memang memanggil beberapa buruh soal ada dugaan pemalsuan kitir pada Selasa (15/3) kemarin. Namun dipastikan mereka tidak pulang sampai larut petang.
"Memang informasinya itu tidak benar, jadi memang saat hari Selasa itu kita ada pemanggilan karena ada kasus dugaan untuk pengembangan untuk menggali informasi. Menggali keterangan saja sih ke beberapa karyawan yang terkait yang dilakukan oleh pihak kantor," ujar dia.
Adityo menjelaskan pihaknya tengah mendalami pemalsuan kitir yang digunakan sebagai bukti pembayaran buruh setiap harinya. Kasus tersebut pun masih didalami pihak perusahaan.
"Jadi menduga bahwa ada pemalsuan kitir, kitir garapan, memang semua bisa mungkin dikarenakan mungkin ada salah satu karyawan melakukan itu. Dia mendapatkan akses kitir itu dari mana, yang melakukan siapa sih. Kitir ini bukti pembayaran yang kemudian ditukarkan untuk uang," terangnya.
Dia mengatakan kasus pemalsuan kitir itu terungkap pada Kamis (10/3) lalu. Hal ini setelah ada selisih uang dan jumlah produksi batang rokok. Adityo mengatakan ada 12 karyawan yang telah dimintai keterangan oleh perusahaan.
"Kerugian yang ditimbulkan itu uang. Barangnya itu tidak dikerjakan, kita dalami terkait itu. Sampai kemarin kita memanggil sekitar 12 karyawan yang bekerja di sini. Dapatnya 4.000 batang per kitir, dua kitir, diuangkan sekitar Rp 152.800 per kitir," terangnya.
(ams/rih)