Angka kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Klaten meningkat. Jumlah kasus hingga bulan Maret 2022 mencapai 100 kasus, satu kasus di antaranya meninggal dunia.
"Sampai minggu ke 10 atau pekan lalu, jumlah kasus DBD ada 100 kasus dengan satu orang meninggal dunia. Kalau dilihat dari positivity rate dibanding tahun lalu ini naik," ungkap Kabid Pencegahan dan Pengendalian Dinas Kesehatan Pemkab Klaten, dokter Anggit Budiarto, saat ditemui detikJateng di kantornya, Selasa (15/3/2022).
Dijelaskan Anggit, meskipun dari jumlah kasus sudah tinggi dalam tiga bulan tapi angka kematian masih tergolong rendah. "Dari jumlah kasus memang sudah tinggi tapi dari angka kematian masih rendah. 100 kasus dengan satu kematian itu batasan kita, jadi masih aman," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari 100 kasus selama tiga bulan itu, kata Anggit, sifatnya fluktuatif secara kumulatif mingguan. Pertambahan kasus tiap pekannya naik turun.
"Angka kasus mingguan fluktuatif karena naik turun. Yang kasus meninggal satu anak usia 10 tahun di minggu 5-6 yang lalu," terang dia.
Anggit menyampaikan, dari jumlah 100 tersebut, kasusnya tersebar di 17 kecamatan. Dengan sebaran itu masyarakat diminta waspada.
"Masyarakat harus waspada, jika dilihat cuaca sangat berdampak. Hujan yang jatuh ke penampungan tidak terawasi itu yang jadi masalah," imbuhnya.
Anggit menegaskan, cara terbaik mencegah DBD hanya dengan pembersihan sarang nyamuk (PSN). Mengubur barang bekas, menguras dan menutup tempat penampungan air.
"Mengubur barang bekas, menguras tempat air dan menutup wadah air itu penting. Terutama rumah kosong yang harus dicermati sehingga RT/RW juga harus berperan bersama juru pemantau jentik," sambung Anggit.
Diwawancara terpisah, Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Pemkab Klaten Wahyuning Nugraheni menjelaskan jumlah kasus tahun ini naik drastis dibanding tahun lalu. Tahun lalu ada 143 kasus dengan tujuh kematian.
"Dibanding tahun lalu naiknya cukup tinggi, sebab tahun 2021 dalam setahun ada 143 kasus dengan 7 meninggal. Tahun ini sampai bulan Maret sudah 100 kasus," ungkap Wahyuning.
Prediksi kenaikan kasus itu, jelasnya, sudah terlihat sejak akhir tahun 2021. Bahkan kematian akhir tahun lalu ada tiga dalam sebulan.
"Gejala kenaikan kasus itu sudah terlihat di bulan Desember 2021 lalu. Bahkan di bulan Desember ada tiga yang meninggal," pungkasnya.
(aku/sip)