Pentas wayang di Ponpes Ora Aji asuhan Gus Miftah mendapatkan kritik usai menghajar tokoh wayang berpeci dan berjenggot mirip Ustaz Khalid Basalamah. Dewan Kesenian Solo (DKS) turut angkat bicara.
Ketua DKS Blacius Subono menilai ada emosi yang berlebihan dalam aksi dalang kondang asal Solo itu, sehingga pentas wayang tersebut menjadi tidak wajar.
"Menurut saya tidak wajar. Itu kan sudah ada emosi yang berlebihan dan terlalu vulgar," kata Subono saat dihubungi detikJateng, Selasa (22/2/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Subono yang juga seorang dalang menyebut seni pewayangan seharusnya bisa menyampaikan secara halus. Meskipun emosi terkadang harus muncul, hal tersebut hanya untuk memperkuat karakter tokoh wayang.
"Bahwa wayang itu pesan-pesannya halus dan memberi pencerahan. Kalau seperti itu kan sajiannya tidak murni lagi. Emosi dalam rangka menguatkan karakter tokoh itu boleh, tetapi kalau di luar dari karakter kan jelas tidak wajar," ungkapnya.
Baca juga: Perundungan 'Wayang Khalid Basalamah' |
Menurutnya, pergelaran wayang merupakan penyampaian pesan melalui simbol-simbol. Apabila dalam ingin menyampaikan kritik, maka dapat disampaikan melalui garapan wayang.
"Wayang itu kan sebetulnya simbol. Itu kalau digarap yang bagus, sesuai dengan nilai sekarang, maka akan memberi sesuatu yang bermanfaat," tutupnya.
Untuk diketahui, video viral di media sosial menunjukkan pergelaran wayang dengan salah satu tokohnya menggunakan peci dan berjenggot, remuk dalam adegan perang melawan tokoh wayang lainnya. Video itu viral karena warganet menghubungkan tokoh wayang berpeci itu dengan Ustaz Khalid Basalamah.
Dalam potongan video yang viral, tampak sebuah wayang berpeci yang dihajar oleh wayang Baladewa yang sedang marah. Dalam marahnya, tokoh Baladewa terus mengucap cakapan memarahi wayang berpeci tersebut. Salah satunya adalah kegeramannya pada orang yang asal omong soal keberadaan wayang.
Tak berhenti di situ, wayang berpeci tersebut tak hanya dihajar oleh Baladewa. Di akhir potongan video yang viral, dalang juga berdiri lalu membanting-banting wayang tersebut sambil mengucap kata kasar. Selanjutnya wayang dibanting-banting lalu diserahkan kepada orang lain dengar ucapan, "Diremuk! Diremuk!" sambil menyebut nama-nama orang yang diminta merusak wayang tersebut.
(rih/mbr)