Cuitan Waketum Partai Gelora Fahri Hamzah yang mempertanyakan peran keberadaan anggota DPR RI yang mewakili daerah Wadas, Purworejo, disambut jawaban yang tak kalah keras. Anggota DPR RI dari Jawa Tengah VI, Luqman Hakim, menyebut Fahri hanya caper, menyedihkan dan kagetnya terhadap persoalan Wadas sudah sangat terlambat.
Cuitan keras disampaikan Fahri dalam akun Twitternya yang diunggah Kamis (10/2/2022). Dalam cuitannya, Fahri menyebut akun Twitter @DPR_RI.
"Anggota @DPR_RI dapil Wadas mana ndasmu?" kata Fahri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yang dimaksud dapil Wadas adalah Dapil Jateng VI yang meliputi Kab/Kota Magelang, Temanggung, Wonosobo dan Purworejo. Dari dapil tersebut terdapat 8 anggota DPR, salah satunya adalah Luqman Hakim dari PKB.
"Saya lihat cuitan si Fahri soal anggota DPR dapil Wadas dengan diksi 'mana ndasmu' itu hanya sekedar cari perhatian saja. Malah saya bertanya, apakah Fahri sedang panik dan stres akibat partai baru yang dia urus tidak juga mendapatkan respons meriah dari rakyat," ujar Luqman kepada detikJateng, Kamis (10/2/2022).
Dari cuitan itu, menurut Luqman, nampak Fahri baru saja tahu masalah represi aparat yang menimpa warga Desa Wadas. Padahal represi itu sudah terjadi sejak April 2021.
"Menyedihkan, si Fahri kagetnya telat banget," kata Luqman.
Luqman mengatakan bahwa pihaknya bersama perangkat organisasi NU, Ansor-Banser telah lama membersamai warga Desa Wadas dan sekitar agar tidak menjadi korban dari proyek pembangunan Bendungan Bener. Bahkan dalam insiden Selasa lalu, beberapa anggota Banser yang berusaha melindungi warga juga ikut ditangkap polisi.
Seperti diberitakan, Fahri Hamzah merespon kekerasan yang terjadi di Desa Wadas, Purworejo dengan mempertanyakan keberadaan para anggota DPR dari daerah tersebut melalui cuitan Twitter, "Anggota @DPR_RI dapil Wadas mana ndasmu?" kata Fahri.
Saat dikonfirmasi terpisah oleh detiknews, Fahri menilai fungsi pengawasan DPR kini tumpul. Dia mengatakan tumpulnya fungsi pengawasan itu berpotensi munculnya malpraktik dalam penyelenggaraan negara.
Fahri lantas menyinggung partai politik yang menurutnya menjadi persoalan. Fahri menilai partai politik membuat anggota dewannya di parlemen jadi wakil partai, bukan wakil rakyat.
"Sekali lagi ini akarnya adalah partai politik mengangkangi wakil rakyat menjadi wakil partai, wakil rakyat menjadi wakil partai sehingga mereka tidak lagi aspiratif hanya formalistik dan basa basi," ujarnya.
(mbr/ahr)