Di dunia mode, siapa tak kenal nama Anne Avantie. Tapi siapa yang menyangka jika desainer kelas internasional ini ternyata 'cuma' berijazah SMP. Bahkan, Anne juga tak cakap dalam berbahasa asing.
Namun, di balik itu semua, tentu ada upaya keras yang dilakukan Anne sehingga dapat mencapai kesuksesan. Berawal dengan modal dua buah mesin jahit, dia kini mampu membangun industri fashion terkemuka.
Tak main-main, tangan desainer senior asal Semarang, Jawa Tengah, ini sudah banyak meramu gaya busana untuk sejumlah artis dan tokoh ternama. Sebut saja Agnez Mo, Krisdayanti, Anya Geraldine, hingga mantan Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebagai seorang perempuan yang tidak memiliki pendidikan tinggi, hanya sekolah dengan ijazah SMP, saya menemukan panggung popularitas," kata Anne dalam diskusi 'Jateng Punya Apa' di Hotel Alila, Solo, Sabtu (5/2/2022). Diskusi tersebut merupakan salah satu kegiatan dari rangkaian acara peluncuran detikJateng.
Menurut Anne, popularitas tak bisa dibentuk secara instan. Tak segan-segan dia menyebut dirinya melakukan pencitraan. Sebab, pencitraan tak melulu berarti negatif.
"Kalau orang bilang pencitraan, ya betul. Karena orang butuh citra yang baik, sebenarnya tergantung sudut pandang. Kalau ini tidak saya setting sejak awal, saya tidak bisa seperti sekarang ini," ujar dia.
Perempuan bernama lengkap Sianne Avantie itu mengatakan, semua orang sebetulnya memiliki kesempatan yang sama. Namun, tidak semua orang bisa memanfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya.
"Semua kesempatan itu selalu emas. Anda bisa punya kesempatan lebih daripada saya, karena pendidikan lebih tinggi, bisa internet. Kenapa saya bisa? Tentu ada detik-detik yang saya maknai untuk berubah jauh lebih baik daripada yang lain," ungkap dia.
Menurut perempuan kelahiran 20 Mei 1954 itu, kesuksesannya juga dibangun berkat doa-doa orang lain. Maka, dengan kesuksesan yang telah dia raih harus mampu menolong orang lain. Di antaranya dengan mendirikan yayasan sosial.
"Aku harus berdiri untuk menolong orang-orang, walaupun nggak bisa. Karena secara teknis Anne Avantie itu nol, Bahasa Inggris nggak pinter, bahasa lain nggak bisa, ke luar negeri takut naik motor mabur (pesawat), sekolah nggak pinter," ujar dia.
Anne pun berpesan kepada generasi penerus agar selalu fokus dengan tujuan, bukan justru sibuk mendengarkan suara-suara yang ingin menjatuhkan.
"Ketika kita, mungkin seorang seniman atau pekerja seni atau di bidang industri, terlalu banyak mendengarkan suara manusia yang pating clebung (asal bunyi) akhirnya kita tidak bisa maju," tegasnya.
"Kalau ada yang maju jangan iri. Tetapi kenapa dia bisa, apa yang sudah dilakukan sehingga dia bisa, kemudian tirulah. Dan, berani memakai nama untuk personal branding," pungkas Anne.
(dil/dil)