Kusnanto (60) dan Agus Salim (48) adalah dua penjaga terowongan air Tirtapala atau lebih dikenal sebagai terowongan air Sanbasri di Grumbul Windusari, Desa Kalisalak, Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas. Keduanya bertanggung jawab merawat terowongan air sepanjang 550 meter, agar air tetap mengalir ke desa mereka.
Bermodalkan golok dan headlamp, keduanya mulai berjalan masuk di hulu terowongan yang mengambil air dari sumbernya di Sungai Logawa yang ada di lereng Gunung Slamet. Pekerjaan ini bukannya tanpa tantangan, keduanya harus menyusuri gelapnya terowongan setinggi 2 meter dan lebar hanya 80 sentimeter.
Belum lagi risiko keselamatan yang mereka hadapi dengan adanya kemungkinan longsor atau banjir bandang. Jadilah kedua orang ini bertaruh nyawa demi kelangsungan hidup warga di enam desa di wilayah itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setahu saya kesulitannya itu kalau ada longsoran, memang tidak seluruh terowongan karena ada jendela-jendela itu. Jadi kalau ada longsoran itu kan masuk, nah kerjaan yang berat di situ, harus dikeruk, harus dibuang itu sampai perjalanan air itu lancar," kata Kusnanto kepada wartawan, Minggu (30/1/).
detikJateng berkesempatan merekam aktivitas keduanya. Tergambar jelas betapa sulit perjuangan mereka, menyusuri terowongan dengan lebar hanya 80 sentimeter itu.
Simak perjuangan para penjaga terowongan air Tirtapala ini dalam video di atas.