Kabupaten Sukabumi

Menyusuri Curug Cimarinjung, Air Terjun Purba di Gawir Plato Jampang

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Minggu, 05 Okt 2025 11:00 WIB
Air terjun bertingkat Curug Cimarinjung, Sukabumi (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar).
Sukabumi -

Gemuruh air terdengar jauh sebelum Curug Cimarinjung tampak di depan mata. Dari balik rindangnya pepohonan, muncul dinding batu raksasa berwarna cokelat kemerahan, seolah memegang rahasia masa lalu bumi. Air terjun setinggi lebih dari lima puluh meter itu jatuh deras dari tebing batu, membentuk kabut halus yang menari di antara bongkahan breksi vulkanik berusia jutaan tahun.

Menurut informasi resmi di panel UNESCO Global Geopark Ciletuh-Palabuhanratu, nama Cimarinjung berasal dari bahasa Siloka, Ci berarti air dan Marinjung atau Nunjung berarti air yang dipuja, atau air yang dibutuhkan.

Dalam pengertian masyarakat setempat, Cimarinjung adalah air yang memberi kehidupan. Airnya mengalir ke sawah-sawah di sekitar Ciemas, mengairi ratusan hektare lahan pertanian. Di aliran sungai yang sama, terdapat pula dua air terjun lain yang lebih kecil, Curug Dogdog dan Curug Nyelempet.

Air terjun ini berada di aliran Sungai Cimarinjung, Desa Ciemas, Kabupaten Sukabumi. Dalam legenda lokal, curug ini juga dikenal sebagai Curug Goong, mengacu pada cerita lama tentang suara gong misterius yang kadang terdengar dari arah tebing saat malam hari.

Air terjun bertingkat Curug Cimarinjung, Kabupaten Sukabumi (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar).

Anwar, warga setempat tersenyum saat ditanya soal cerita itu. "Kadang malam suka kedengaran kayak suara gong dari arah tebing, pelan banget, kayak dari dalam batu," ujarnya sambil menatap jatuhnya air, Sabtu (4/10/2025).

"Kata orang tua dulu, itu alat musik ghaib yang dulu dipakai dalam upacara. Katanya hilang satu, dan sampai sekarang belum dikembalikan," sambungnya.

Keterangan serupa juga tertulis di panel. Disebutkan, masyarakat sekitar meyakini Curug Cimarinjung dulu adalah Keraton Alam Ghaib, tempat para makhluk halus menyimpan alat musik upacara. Salah satu alat musik itu hilang, dan hingga kini suara samar menyerupai gong dipercaya masih terdengar dari arah tebing.

Di balik kisah mistisnya, Cimarinjung adalah catatan geologi yang terbuka. Dinding curug tersusun dari lapisan batuan sedimen jenis batupasir tufan dan breksi vulkanik bagian dari Formasi Jampang anggota Cikarang yang berumur Miosen Bawah, sekitar 23-16 juta tahun lalu.

Batuan itu terbentuk dari material letusan gunung api purba yang membeku selama jutaan tahun, membangun lanskap Sukabumi bagian selatan yang kini jadi bagian dari Gawir Plato Jampang.

Masih dari panel informasi, proses pembentukan Curug Cimarinjung dipengaruhi oleh aktivitas tektonik yang juga menciptakan mega-amfiteater Ciletuh. Air sungai yang terus mengalir selama jutaan tahun mengikis tebing batuan vulkanik, menciptakan undakan dan kolam alami di bawahnya.

Simak Video "Video Liburan ke Bali Tapi Nggak Mau ke Tempat Ramai? Bisa ke Sini!"


(sya/mso)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork