Selain Cianjur, Gunung Padang Juga Ada di Tempat Ini

Dian Nugraha Ramdani - detikJabar
Jumat, 19 Sep 2025 20:00 WIB
Situs Gunung Padang di Cianjur. (Foto: Ikbal Selamet/detikJabar)
Bandung -

Mendengar kata Gunung Padang tentu bayangan akan tertuju ke sebuah bukit di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Di bukit itu, ada susunan batu-batu yang merupakan tanda adanya peradaban pada silam masa.

Batuan-batuan yang panjang berbentuk kolom (columnar joint) menjadi ciri khas situs megalitikum ini. Batuan-batuan itu tersusun membentuk lima teras pada dinding bukit sisi utara.

Teras-teras itu akan menyambut pengunjung yang baru saja tuntas meniti tangga yang juga tersusun atas batu-batu. Tangga yang utama itu dalam istilah Sunda 'netek' (terjal) sehingga seseorang perlu fisik yang bugar untuk menggapai ke atas.

Gunung Padang di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat sangat populer. Namun, tahukah detikers, sejatinya di Jawa Barat ada empat Gunung Padang? Ketiga lainnya ada di Kabupaten Bandung, Kabupaten Ciamis, dan Kabupaten Tasikmalaya.

Apakah di gunung-gunung itu ada juga situs sejarah? Artikel ini akan mengulasnya. Simak sampai tuntas, yuk!

Gunung Padang Cianjur

Gunung Padang ini berada jauh dari pusat kota Cianjur. Jika akan berkunjung ke tempat ini, menggunakan kendaraan pribadi sangat direkomendasikan. Dari pusat kota Cianjur, berkendaralah ke arah Sukabumi via Warungkondang.

Setelah melintasi kawasan Warungkondang sebelum tanjakan Gekbrong, berbeloklah ke kiri. Telusurilah jalan itu yang akan menghubungkan wisatawan ke stasiun kereta api bersejarah, Stasiun Lampegan.

Dari Lampegan, berarti Gunung Padang sudah dekat. Berkendara sedikit lagi menyusuri jalan dengan kiri-kanan kebun-kebun teh, maka perjalanan akan sampai di situs megalitikum itu.

Untuk sampai kepada situs yang dimaksud sebagai Situs Gunung Padang, maka kita perlu mendaki tangga yang lumayan terjal. Tangga utama ini, didahului dengan sebuah sumur di pinggirnya. Jika tidak ingin terlalu capai, bisa melalui tangga yang lebih landai. Tangga ini melipir di lereng kanan Gunung Padang.

Arkeolog Dr. Lutfi Yondri, M.Hum dalam buku 'Situs Gunung Padang: Kebudayaan, Manusia, dan Lingkungan' menjelaskan situs ini mula-mula ditemukan oleh Verbeek (Rogier Diederik Marius Verbeek) pada tahun 1891.

Keberadaan situs ini dicatat kembali oleh Krom (Nicolaas Johannes Krom) pada 1914. Dari sini, berbagai penelitian lanjutan dilakukan setelah situs ini ditemukan kembali pada tahun 1979. Penelitian telah dilakukan misalnya oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Balai Arkeologi Bandung, Direktorat Perlindungan Cagar Budaya dan Museum, serta Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang.

Di atas bukit itu, ada susunan batu-batu yang merupakan tanda adanya peradaban pada silam masa. Batuan-batuan yang panjang berbentuk kolom (columnar joint) menjadi ciri khas situs ini. Batuan-batuan itu tersusun membentuk lima teras pada dinding bukit sisi utara.

Lutfi Yondri mengatakan, dari sejumlah penelitian yang dilakukan, belum ada kesimpulan pasti apa sebenarnya fungsi situs Gunung Padang itu pada silam masa. Dugaan Verbeek dan Krom pada masa lalu menyatakan itu adalah lokasi penguburan, namun struktur yang terkuak di kemudian hari tidak menunjukkan bahwa itu adalah pekuburan.

Menurut Lutfi, dengan memerhatikan geografis Gunung Padang yang berada di sekitar (pasir) bukit yang lain dan kebudayaan masyarakat peladang di silam masa, dapat diduga bahwa Gunung Padang merupakan Punden Berundak, yaitu sebuah tempat untuk melakukan pemujaan. Dugaan ini diperkuat dengan keberadaan sumur di dekat tangga dan ada menhir (batu datar) yang berlokasi di teras kelima, teras paling atas pada situs ini.

"Bila hal itu dikaitkan dengan pola hidup masyarakat prasejarah yang hidup pada masa bercocok tanam yang telah mengembangkan budaya pengagungan arwah leluhur, terbuka kemungkinan fungsi situs Gunung Padang tersebut sebagai tempat pemujaan arwah leluhur," kata Lutfi.




(orb/orb)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork