Lapangan Merdeka dari tahun ke tahun rutin dijadikan sebagai lokasi pelaksanaan salat Id hari raya baik Idul Fitri dan Idul Adha. Kisah menarik terjadi pada 31 Agustus 1952 atau 10 Zulhujah 1471 Hijriah silam.
Kala itu, Sukabumi kedatangan sang proklamator Ir. Soekarno. Presiden pertama ini melaksanakan salat Id di Lapang Merdeka dengan diimami seorang ulama Sukabumi yang sederhana serta penuh ketawaduan, KH. R. Ahmad Djunaidi Rodlibillah Pabuaran.
Dikutip dari laman resmi NU Jabar, Kiai Rodibillah, begitu sapaan akrabnya, lahir pada 5 Februari 1917 di Gunungpuyuh, Kota Sukabumi. Dia merupakan anak pertama dari pasangan R. H. Muhammad Syahri bin Nasib dan Hj Siti Fatimah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kiai Rodibillah menempuh pendidikan di Ahmadiyyah Juwaeniyyah di bawah asuhan KH R Ahmad Juwaeni bin Qodhi Husein. Kemudian ia melanjutkan mondok di Pesantren Gentir Cianjur di bawah pimpinan KH Ahmad Satibi (mama Kaler).
Pendidikannya berlanjut dengan mengikuti rihlah ilmiah ke Pesantren Ma'ariful Qur'an Pabuaran Sukabumi di bawah asuhan KH R Abdullah bin Qodli Husein (adik dari KH R Ahmad Juwaeni). Selanjutnya, Kiai Rodibillah mondok di Pondok Pesantren Keresek Garut,dan Pondok Pesantren Sukaraja Garut di bawah asuhan KH Adzro'i. Dari sana, ia kembali lagi ke Pesantren Pabuaran.
Sekira tahun 1939, Kiai Rodibillah menikah dengan putri asuh KH R Abdullah yang bernama Zaenab Zakiyuah binti KH Ismail. Dari pernikahan mereka dikaruniai 10 orang anak. Setelah ayah mertuanya wafat, Kyai Rodibillah didapuk menjadi penerus kepemimpinan Pesantren Ma'ariful Qur'an dan mengajar di Pabuaran.
Dia bersama ulama Sukabumi lainnya aktif memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, sehingga pada tahun 1990 beliau mendapatkan Piagam penghargaan dan medali perjuangan angkatan 45.
Beberapa jabatan yang sempat disandang Kyai Rodibillah di antaranya pernah menjabat sebagai Kepala Departemen Agama Sukabumi dan Kepala Urusan Agama (KUA) Jawa Barat. Selain itu, beliau juga aktif di organisasi keagamaan Nahdhatul ulama bersama kiai lainnya di antaranya KH Abdullah Sanusi Sukamantri Cisaat, KH Masturo Tipar Cisaat serta ulama lainnya.
"Dalam arsip yang kami temukan, beliau pernah menjabat ketua Nahdlatul Ulama cabang Kota Sukabumi pada tahun 1966," tulis biografi Kyai Rodibillah yang dikutip detikJabar, Rabu (10/4/2024).
Kiprah Kyai Robidillah di Kota Sukabumi cukup sentral. Hingga akhirnya, ketika Presiden Ir. Soekarno berkunjung ke Sukabumi pada tahun 1953, dia menjadi imam salat Id di Lapangan Merdeka meskipun usianya masih muda.
Hal tersebut juga tercantum dalam dokumen foto. Di belakang Kyai Rodibillah, tampak KH Ismail (mertua beliau) yang juga berposisi tepat di samping Bung Karno. Selain itu, terlihat juga Qodhi Sukabumi sekaligus guru dari KH Ahmad Djunaidi Rodlibillah sendiri yaitu KH Juwaini.
Kiai Rodibillah berjuang menyebarkan ajaran Islam bersama kiai Sukabumi lainnya seperti KH Mahmud Pabuaran, KH Haromain Cihingkik, KH Abdullah Mahfudz Babakan tipar, KH Abdullah Khudri Cicurug dan kiai lainnya.
Sosok Kyai Rodibillah juga dikenal sebagai penulis kitab. Hampir setiap kitabnya berisi Irtibath ataupun catatan kaki. Tak sedikit juga beliau menukil kitab-kitab ulama terdahulu dalam sebuah lembaran kertas.
"Diantara karya beliau yang kami temukan berjudul 'Sayyidatuna Aisyah Wa Hadist al-Ifk.' Kitab ini berjumlah 9 halaman, dengan menggunakan aksara pegon bahasa Sunda, yang diambil dari kitab Umdah al-Qori Syarh Shohih al-Bukhori dan di terjemahkan ke dalam bahasa Sunda," lanjutnya.
Pada usia hampir 90 tahun, tepatnya tanggal 24 Agustus 2005 atau 19 rajab 1426, Kota Sukabumi di tinggalkan sosok ulama sepuh yang begitu alim, tawadhu dan penuh kesederhanaan. Beliau dimakamkan di pemakaman umum Taman Bahagia, Kota Sukabumi.
(yum/yum)