Cici (35) dan keluarganya rela terbang dari Pontianak, Kalimantan Barat ke Bandung. Alasannya, mereka penasaran dengan kawasan Lembang yang selalu jadi perbincangan hangat kala musim liburan.
Penerbangan yang ditempuh Cici tak sia-sia. Mereka menikmati suasana sejuk, wahana wisata, hingga makanan yang tersaji di seantero kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Ia dan tujuh anggota keluarganya tiba di Lembang pada Minggu (24/12/2023) siang. Dari situ mereka langsung berkeliling ke beberapa kafe di daerah bersuhu sejuk itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemarin datang siang, langsung masuk penginapan terus keliling ke kafe-kafe. Ada yang di Cikole, terus Dago juga," kata Cici saat berbincang dengan detikJabar, Senin (25/12/2023).
Hari kedua berada di Lembang, giliran objek wisata seperti Farmhouse, Floating Market, hingga The Great Asia Africa yang mereka jajal. Beruntung cuaca tak terlalu panas, bahkan cenderung mendung.
"Ya coba wahana yang ada, di Floating Market tadi coba rainbow slide sama perahu bebek. Terus foto-foto di Farmhouse, sama sekarang coba skyride di TGAA," katanya.
Ia dan keluarganya cukup terkesan dengan apa yang disuguhkan Lembang. Sebab tak banyak objek wisata di Pontianak yang bisa jadi destinasi kala waktu liburan telah tiba.
"Ya seru banget, banyak pilihannya. Baru pertama kali ke Lembang, terus kena macet juga. Tapi nggak apa-apa, namanya juga liburan," tuturnya.
Yeni, kerabat Cici mengaku mereka bakal berada di Bandung hingga 30 Desember mendatang. Selain mengeksplor daerah Lembang, mereka juga bakal berkeliling di Bandung.
"Rencana sampai 30 Desember, jadi kita nginapnya di Lembang terus nanti pindah ke Bandung. Nggak cuma eksplor Lembang tapi juga Bandung," kata Yeni.
Ada beberapa wahana yang membuat mereka sangat menikmati momen liburan di Lembang. Apalagi mereka sangat menyukai kesejukan dan pemandangan alam Lembang.
"Seru di sini, sejuk. Terus kita coba juga ke Tangkuban Parahu, soalnya di Pontianak nggak ada wisata gunung seperti itu. Makanya kita di sini liburannya sekitar seminggu, biar puas," kata Yeni.
Sementara itu, Public Relations TGAA dan Farmhouse Lembang, Intania Setiati mengatakan pada momen libur Natal ini, ada peningkatan kunjungan hingga 25 persen ketimbang hari biasanya.
"Kalau libur Natal ini ada peningkatan 25 persen, tapi hari ini pas Natal agak menurun. Jadi puncak kunjungannya itu sudah terjadi kemarin," kata Intania.
Menurutnya, salah satu yang menyebabkan peningkatan kunjungan di libur Natal kali ini yakni waktu libur yang relatif panjang.
"Liburnya agak panjang ya, jadi banyak yang sengaja liburan ke Lembang. Mungkin kalau tahun baru akan berbeda, karena liburnya nggak sepanjang libur Natal," ucapnya.
![]() |
Melangitkan Harapan
Di sisi lain, pedagang kaki lima (PKL) yang mangkal di depan objek wisata di kawasan wisata Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) berharap tuah libur panjang Natal dan Tahun Baru 2024. Harapan pun dilangitkan alias disematkan doa.
Harapan mereka bisa mendapatkan cuan melimpah membuncah kala melihat kondisi jalan raya yang disesaki kendaraan wisatawan. Belum lagi hilir-mudik pelancong sejak pagi hingga sore tak pernah sepi, kian melambungkan asa meraup pundi-pundi.
Salah satunya Sunarya (53), penjual buah 'dengkak' di kawasan wisata Lembang. Ia mangkal di depan objek wisata The Great Asia Africa dan Farmhouse.
Buah dengkak sebetulnya merupakan mangga muda yang masih ranum alias 'mengkel'. Kulitnya kemudian dikupas, lalu mangga tersebut dibelah namun tak dipisahkan dari bijinya sehingga membentuk bunga yang sedang mekar.
"Biasanya di tempat lain, tapi kalau libur Sabtu-Minggu sama libur panjang mangkal di sini (di depan objek wisata Farmhouse)," kata Sunarya membuka perbincangan pada Senin (25/12/2023).
Ia mangkal di depan Farmhouse sejak Sabtu (23/12/2023). Penjualan buah dengkak naik sedikit demi sedikit, lebih laku ketimbang hari-hari biasa ia berjualan. Terkadang ia berjualan di Alun-alun Lembang hingga di kawasan Pasar Panorama.
"Alhamdulillah lumayan ramai. Kalau hari biasa ya sekitar 20 sampai 30 bungkus, kalau libur panjang gini bisa sampai 50 bungkus. Jualnya itu per bungkus isi 2, ada yang Rp20 ribu sama Rp15 ribu tergantung ukuran," kata Sunarya.
Serupa dengan yang diharapkan Dede, penjual cuanki gerobak. Ia mangkal di sebelah Sunarya. Mereka tak perlu bersaing, sebab produk yang dijual sama sekali berbeda.
"Ya sama, pasti inginnya laku terus cepat habis jualannya. Tapi kalau saya biasanya itu yang beli pegawai wisata, atau warga sekitar. Kalau wisatawan jarang, soalnya jarang yang minta dibungkus, terus kalau makan di sini tempat duduknya nggak ada," kata Dede.
Sementara Neng Siti, penjual gorengan di depan objek wisata Farmhouse, mengaku penjualan gorengannya belakangan mulai meningkat lagi setelah sempat terpuruk dihajar pandemi COVID-19.
"Sebetulnya sejal COVID-19 itu turun, biasanya dulu bisa sehari 500 sampai 700 buah terjual. Kalau sekarang di musim liburan juga paling 300 sampai 400 buah," kata Neng.
Ia menjual gorengan berbagai jenis seperti pisang aroma, gehu, bala-bala, hingga cireng hanya Rp1000 per buah. Sementara bacang seharga Rp2000 per buah.
"Kebanyakan wisatawan yang beli, ya rata-rata minta dibungkus. Mungkin karena murah, sekali beli itu ada yang 20 buah, kalau rombongan yang pakai bus per orang 10 buah, tapi kan banyak yang belinya," kata Neng.
Berdasarkan catatan Dinas Perhubungan KBB, pada Minggu (24/12/2023), ada sekitar 32 ribu kendaraan wisatawan yang masuk ke kawasan Lembang. Namun pada hari Natal, jumlahnya menurun signifikan.
(orb/orb)