Mahalnya harga tiket perjalanan domestik disebut jadi tantangan besar dalam pengembangan pariwisata di Indonesia. Hal tersebut diungkapkan peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Addin Maulana.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan apa yang disampaikan peneliti BRIN tersebut sangatlah tepat. Menurutnya harga tiket pesawat dan kereta di Indonesia masih membebani wisatawan.
"Ya sangat tepat apa analisa BRIN karena kami juga melakukan kolaborasi dan kerjasama dengan BRIN, ada 2 yang dirasakan membebani oleh para wisatawan nusantara dan mancanegara, yaitu tiket pesawat dan tiket KA," kata Sandiaga di Bandung, Kamis (14/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tiket kereta ini sudah naik 20% dari sebelumnya dan tiket pesawat juga masih cenderung tinggi," imbuhnya.
Oleh karenanya, Sandiaga mengungkapkan, Kemenparekraf berkolaborasi dengan kementerian lainnya untuk bisa menekan harga tiket pesawat yang masih cenderung mahal. Penyebabnya, karena jumlah pesawat yang masih jauh dari sebelum masa pandemi.
"Kami bekerjasama dengan Kementerian BUMN, Kementerian Perhubungan untuk menambah jumlah pesawat, 750 sebelum pandemi sekarang hanya 400 kita harus tambah lagi sekitar 300," ujarnya.
Selain jumlah pesawat yang masih kurang, Sandiaga menyebut tingginya harga bahan bakar ditengarai juga jadi penyebab mahalnya tiket pesawat. Namun dia memastikan, harga bahan bakar saat ini perlahan mulai turun dan diharapkan bisa menekan harga tiket pesawat.
"Bahan bakar yang cenderung tinggi sebelumnya, sekarang sudah mulai melandai. Jadi kita harapkan di masa yang tidak terlalu lama dari sekarang, tiket pesawat bisa lebih terjangkau dan lebih rendah dari periode Nataru," ujar Sandiaga.
Sedangkan untuk harga tiket kereta, Sandiaga menuturkan PT KAI telah melakukan banyak inovasi. Sehingga wajar menurutnya harga tiket kereta cenderung mahal. Namun dia berharap ada penyesuaian kembali untuk harga tiket kereta.
"Untuk kereta juga kita terus berkordinasi karena kereta banyak melakukan inovasi, mudah-mudahan ke depan tiket kereta bisa lebih terjangkau," pungkasnya.
Sebelumnya, peneliti BRIN Addin Maulana menyebut mahalnya harga tiket domestik itu disorot pada dua moda transportasi, yakni pesawat dan kereta api. Bukan hanya turis lokal, keluhan juga muncul dari wisatawan asing.
"Setelah pandemi muncul krisis baru, yaitu krisis ekonomi. Itu yang mungkin saat ini sedang kita hadapi, inflasi di beberapa keperluan, kita harus menyisihkan untuk keperluan pariwisata, dan harga transportasi saat ini untuk pariwisata cenderung naik terutama untuk tiket pesawat," kata Addin dalam acara webinar tiket.com mengenai potensi pariwisata di tahun 2024-2029 di Jakarta, Rabu (13/12/2023) dikutip dari detikTravel.
Dia mengatakan harga tiket penerbangan untuk perjalanan ke timur Indonesia semakin mahal. Rata-rata harga tiket pesawat pulang-pergi kelas ekonomi meningkat 77 persen sejak tahun 2021. Harga tiket yang mahal itu semakin mahal lagi pada momen-momen tertentu, seperti lebaran, liburan sekolah dan Natal.
Situasi serupa juga terjadi pada kereta api. Jumlah penumpang pada 2023 mengalami peningkatan permintaan yang signifikan dibandingkan pada 2021, namun harga tiketnya juga cenderung meningkat sekitar 20 persen.
Tantangan lain pengembangan pariwisata RI adalah penerbangan ke Indonesia banyak sekali yang memerlukan penerbangan transit. Itu membuat lama tinggal wisatawan untuk menghabiskan liburan di Indonesia menjadi lebih pendek.
"Untuk mencapai Indonesia ini sangat sedikit ketersediaan direct flight kalau tidak salah hanya ada Amsterdam. Jadi, kalau mau ke sini mereka harus mampir ke mana-mana dulu, sayangnya lebih banyak transit maka lebih sedikit lama tinggalnya," kata Addin.
Kendati harga tiket perjalanan dengan trasnportasi baik pesawat maupun kereta mengalami kenaikan, justru hal sebaliknya terjadi pada harga kamar hotel yang rata-rata mengalami penurunan sejak terdampak pandemi meskipun permintaan dan lama tinggalnya semakin meningkat.
"Jadi mereka mau tidak mau harus kalah dari cost travel transportasi yang tinggi saat ini, sehingga mau nggak mau harga kamarnya tidak sebaik harga untuk transportasi, permintaannya semakin tinggi dan lama tinggalnya semakin meningkat setiap periode, tapi harga jual kamarnya trennya menurun," kata Addin.
(bba/yum)