Gedung Perundingan Linggarjati menjadi tempat pertemuan antara delegasi Belanda dan Indonesia pada November 1946. Pertemuan tersebut dilakukan selama beberapa hari untuk menentukan status kemerdekaan bangsa ini.
Hasil dari pertemuan tersebut pada dasarnya cukup merugikan, karena pihak Belanda hanya mengakui secara de facto wilayah Tanah Air terdiri dari Jawa, Sumatera dan Madura. Bahkan perundingan ini pun menjadi cikal bakal dibentuknya Uni Indonesia.
Terlepas dari hasil perundingan di masa lalu, Gedung Linggarjati sejak lama sudah dijadikan sebagai tempat wisata yang kaya akan nilai historis. Hal ini bisa dilihat dari koleksi benda bersejarah yang tersimpan di dalamnya. Meskipun hanya 30 persen di antaranya yang masih orisinal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari pengamatan detikJabar belum lama ini, sebagian besar barang koleksi di Museum Linggarjati berupa foto dokumentasi ketika diselenggarakannya pertemuan antara delegasi Belanda dan Indonesia. Gambar-gambar bersejarah itu dipajang di hampir semua sudut ruangan.
Bila pengunjung jeli, di dalam Gedung Linggarjati terdapat sebuah ruangan kecil yang menyimpan beberapa keramik tua peninggalan Belanda. Barang-barang tersebut disusun rapi di dalam lemari. Di dekatnya pun ada cermin besar yang punya ornamen khas Eropa.
Kemudian beberapa kamar yang pernah digunakan sebagai tempat beristirahat para delegator Belanda, memiliki nuansa vintage dan klasik. Biasanya ruangan ini akan dijadikan sebagai spot foto oleh para pengunjung.
![]() |
Daya tarik lainnya dalam Museum Linggarjati yakni keberadaan lorong yang menghubungkan satu ruangan ke ruangan lain. Ketika berjalan menyusuri lorong tersebut, pengunjung dapat mengenang kembali upaya keras yang dilakukan mendiang Sutan Syahrir bersama kawan-kawannya untuk mempertahankan kedaulatan bangsa Indonesia di hadapan perwakilan Belanda.
Di bagian ujung barat Gedung Linggarjati, wisatawan dapat memasuki ruangan yang dahulu pernah dijadikan tempat pertemuan antara Presiden Soekarno dengan Lord Killearn, seorang utusan asal Inggris yang menjadi penengah dalam Perundingan Linggarjati.
Menariknya, semua barang dan kondisi ruangan tersebut masih sama seperti dulu. Apalagi di dindingnya dihiasi gambar dan foto-foto yang bisa memantik semangat nasionalisme.
Pernak-pernik yang di dalam Museum Linggarjati tidak jarang membuat para wisatawan merasa terkesima. Khususnya bagi mereka yang menjadi penikmat kisah-kisah sejarah Indonesia.
Salah satunya adalah Zulva Azhar Aulia Ulhaq (23). Wanita asal Depok ini sengaja datang jauh-jauh untuk berwisata di Gedung Linggarjati, Kabupaten Kuningan.
Kepada detikJabar, Zulva menilai suasana di dalam Museum Linggarjati telah berhasil membawanya untuk mengenang detik-detik diadakannya pertemuan penting antara Indonesia dan Belanda. Dia merasa takjub karena di Kuningan, cagar budaya seperti gedung ini masih terpelihara dan terawat hingga sekarang.
"Dulu pernah ke sini. Sekarang tambah bagus. Selain estetik tempatnya, di sini saya bisa belajar banyak soal sejarah Indonesia," kata Zulva.
Tak hanya koleksi benda bersejarah, menurut Zulva gaya arsitektur pada Gedung Linggarjati terlihat istimewa. Dengan mengusung konsep art deco, bangunan ini sangat kental dengan ornamen khas Eropa.
Di sisi lain, kata dia, lokasi Gedung Linggarjati yang berada di kaki Gunung Ciremai membuat udara sekitarnya terasa sejuk. Jika kondisi bagus, puncak tertinggi Jawa Barat itu bakal menjadi latar utama yang mempercantik pemandangan di Gedung Linggarjati.
"Di luarnya juga bagus. Ada beberapa spot yang bisa dijadikan tempat bersantai. Kalau lagi cerah kita bisa lihat cantiknya Gunung Ciremai," ungkap Zulva.
Rute dan Harga Tiket Gedung Linggarjati
Bisa dibilang, Gedung Linggarjati yang terletak di Kecamatan Cilimus merupakan salah satu tempat paling bersejarah di Kabupaten Kuningan. Berkat nilai historis ini pula, banyak wisatawan yang tertarik berkunjung ke tempat ini.
Lokasinya pun sangat strategis. Jika wisatawan hendak mengunjunginya, rute yang dilewati bisa melalui Jalan Raya Kuningan menuju Linggarjati.
Sesampainya di pertigaan Cilimus, wisatawan dapat mengambil rute ke kanan dan lurus terus sampai menemukan pintu gerbang Gedung Linggarjati. Dari perjalanan ini, waktu tempuhnya kurang lebih 45 menit jika dimulai dari Kota Cirebon.
![]() |
Menurut Pengelola Gedung Linggarjati Sutiyana, untuk masuk ke bangunan bersejarah ini sebenarnya pengunjung tidak perlu merogoh kocek besar. Cukup keluarkan biaya Rp 1.000 bagi anak-anak dan Rp 2.000 bagi orang dewasa.
"Dalam sehari tingkat kunjungan di Gedung Linggarjati kurang lebih sekitar 500-600 orang. Kita tidak memasang tarif besar, karena tempat ini adalah wisata edukasi," kata Sutiyana.
Sutiyana mengungkapkan, meski terkenal tapi kunjungan ke Gedung Linggarjati ini sangatlah minim. Penyebabnya karena promosi soal wisata sejarah di Kuningan kurang berjalan optimal.
Baca juga: Keren! Kuningan Kini Punya 43 Desa Wisata |
Oleh karena itu, dia berharap supaya Pemkab Kuningan bisa lebih gencar lagi mempromosikan Gedung Linggarjati. Dengan begitu, masyarakat di luar sana dapat mengetahui keberadaan bangunan bersejarah ini.
"Harapannya agar masyarakat luas bisa tahu, kalau di Kuningan ada gedung bersejarah yang dahulu pernah dijadikan tempat perundingan antara Belanda dan Indonesia," tutupnya.