Bukan kali pertama sampah di pesisir Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, jadi pembahasan warganet. Sampah seolah jadi hal wajar, berserakan di Pantai Talanca.
Berbagai upaya bersih-bersih di pantai yang kerap dilakukan tak mampu menghapus keberadaan sampah yang abadi. Jika pesisir pantai sudah dibersihkan, tak butuh waktu satu bulan sampah akan kembali menggunung. Pasir yang biasanya berpori berubah menjadi lumpur.
Wisatawan tentu jijik dengan pemandangan sampah ranting kayu dan sampah rumah tangga yang berserakan ini. Hingga muncul istilah wisata sampah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Teman dari Jakarta saya sengaja ajak mampir ke tempat ini, kata mereka ini wisata sampah. Wajar saja begitu karena hampir semua pasir di pantai ini tertutup sampah, kalau tidak salah ini masih kawasan Geopark Ciletuh Palabuhanratu karena ini jalur lintasan ke Pantai Palangpang kawasan Geopark," ujar Budiman, seorang warga setempat.
Bukan hanya pasir pantai yang tertutup sampah, pemandangan semakin jorok saat melihat air laut yang buihnya berwarna coklat. Lengkap dengan serpihan sampah yang terombang-ambing terbawa ke pesisir.
Tapi harus diakui, keindahan Pantai Talanca di Pesisir Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi bukan sekedar isapan jempol. Di balik riuh rendah sorotan lautan sampah di media sosial, masih tersisa keindahan.
Pantai Talanca berada di tempat dengan karakter geografis pantai yang landai, antara pesisir dengan ombak nyaris dalam posisi yang sama alias datar. Tidak ada cekungan di sekitar batas itu, rimbunan pohon salah satunya cemara cocok dijadikan spot berteduh usai bermain air.
Ada pohon cemara, rumput yang tumbuh subur di pinggiran pesisir. Hanya satu yang mengganjal, sampah yang bertumpuk dan berserakan.
Budiman bercerita, 20 tahun yang lalu pernah diajak saudaranya ke pesisir pantai yang berdekatan dengan muara. Kala itu menurutnya, banyak hewan bernama Kuyutuk, alias Yutuk semacam kepiting yang bersarang di pantai.
"Dulu saat kecil suka diajak paman, mancing di pesisir ini tapi lokasinya dekat muara. Banyak hewan Kuyutuk yang kalau dibakar rasanya seperti kepiting. Dulu banyak bersarang di sini, sekarang kalau melihat kondisinya seperti ini ya sulit didapat," ucapnya.
Tak hanya Budiman, Bayu Nugraha pemuda desa Loji juga turut menceritakan kondisi Pantai Talanca tahun 1980an yang jadi spot latihan surfing atau selancar air turis asing.
Pesisir Loji sempat menjadi spot favorit bule di tahun 80-an, jauh sebelum dua muara Sungai Cibutun dan Cimandiri yang mengapit pantai memuntahkan beraneka ragam sampah ke Teluk Palabuhanratu.
"Tahun 80-an itu aktivitas di lokasi itu luar biasa, banyak bule yang datang ke pesisir Loji, mereka ada yang sekedar berjemur atau bahkan latihan selancar karena gelombang ombaknya cocok buat latihan, peselancar pemula," kenang Bayu saat itu.
Keindahan Pantai Talanca memang sangat dirindukan penduduk setempat. Tapi, ada masyarakat yang mengharap rejeki dari kumuhnya kondisi Pantai. Belasan pemulung berseliweran di antara sampah.
Bagi mereka, kondisi buruk pantai ini jadi berkah. Dalam sehari, mereka bisa dapat 50 kilogram sampah botol, gelas plastik, dan sampah anorganik lainnya.
Kepala Desa Loji Papang Suherlan pun membenarkan kondisi sampah yang menutup keindahan Pantai Talanca. Pihaknya menyebut upaya bersih-bersih hampir setiap tahun dilakukan, namun sia-sia karena sampah bersumber dari dua muara.
"Terkait dengan sampah tadi memang yang menjadi permasalahannya posisinya yang diapit dua muara. Muara Cimandiri dan Muara Cidadap, sampah berawal dari sungai kemudian dibawa ke pesisir," ujar Papang.
Ia juga mengungkap bahwa sebetulnya ada rencana kerja sama dengan PLTU Palabuhanratu untuk membangun break water, namun sampai saat ini langkahnya belum terealisasi.