Terik matahari siang itu menyengat kulit di Kampung Talanca, Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi. Dengan lokasinya yang tak jauh dari pesisir Loji, hawa panas terasa wajar.
Namun, di balik panasnya, terdapat pemandangan menakjubkan. Sebuah rawa yang membentang sejauh mata memandang, sebagian permukaan airnya dihiasi oleh tanaman eceng gondok yang menjadi keindahan alami tempat tersebut.
Rawa ini dikenal sebagai Rawa Talanca, sesuai dengan nama kampung tempatnya berada. Rawa Talanca terbentuk akibat pendangkalan sungai yang kemudian menjadi kali mati. Tanah yang timbul dari pendangkalan ini secara perlahan dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk bertani, sementara air yang terjebak di sana berubah menjadi rawa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sejak saya kecil sudah ada Rawa Talanca ini. Dulu ada dua cabang sungai, satu langsung ke muara, satunya lagi ke daerah Talanca sini. Nah, aliran sungai kecil ini mati karena pendangkalan, sampai akhirnya berubah jadi rawa," cerita Ponso, seorang warga Simpenan, kepada detikJabar.
Kini, Rawa Talanca menjadi sumber penghidupan bagi warga setempat. Air dari rawa ini dialirkan ke irigasi untuk mendukung area pertanian warga. Selain itu, rawa ini juga menjadi rumah bagi berbagai jenis ikan.
"Rawa Talanca ini memang spot mancing yang tidak ada duanya. Ikan di sini besar-besar, dan jenisnya juga beragam. Saya pernah dapat ikan nila yang beratnya sampai 2 kilogram," ujar Ponso dengan mata berbinar.
Bagi warga setempat, Rawa Talanca bukan hanya sekadar tempat mencari nafkah, tetapi juga bagian penting dari kehidupan mereka sehari-hari. Sejumlah warga bahkan sengaja membuat warung lengkap dengan spot mancing. Namun seiring berjalannya waktu, lokasi itu tak lagi ramai dikunjungi pemancing.
"Sengaja bikin bale, untuk yang mancing. Dulu itu sehari bisa sampai belasan orang mancing sampai malam menginap di bale, namun katanya ikan-ikan di sini sudah tidak seperti dulu lagi jadi malas nyamber umpan pemancing. Hanya beberapa saja yang masih rutin mancing tidak seramai dulu," tutur Raram, pemilik warung di Rawa Talanca.
Raram menceritakan, ikan di rawa Talanca bebas dipancing asal tidak menggunakan jala, setrum dan racun. "Dulu itu ada spanduk larangan. Hanya sudah rusak, jadi tidak terlihat," lirihnya.
Aktivitas Raram kini hanya mengelola apa yang tersisa. Bekas-bekas kayu yang biasa digunakan untuk memancing pun kini sudah mulai terlihat lapuk.
"Sebenarnya kalau saja pemerintah mau, lokasi ini dijadikan tempat wsata pasti bakalan ramai. Lebih ditata lagi, dibuat cantik lagi. Karena pemandangan di sini memang bagus, banyak mangrove juga," pungkasnya.
(sya/mso)