Sinyal ponsel mendadak hilang begitu memasuki pintu utama Gua Karang Pamulang, yang juga dinamai Gua Ratu Karang Pamulang, Pantai Tenjoresmi. Gua itu berada di Jalan Raya Citepus, Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.
Beberapa ekor kelelawar terlihat berseliweran begitu lampu sorot dari ponsel milik Iwan Gunawan, juru kunci alias penjaga gua dinyalakan. Awalnya bagian depan gua bisa dimasuki tubuh pria dewasa, namun semakin ke dalam posisi gua agak menyempit sehingga harus membungkuk untuk bisa terus masuk ke dalam perut gua.
"Hati-hati, takut terantuk batu di atas, harus diraba dulu (bagian atas) kalau mau berdiri," kata Iwan mengingatkan detikJabar, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada beberapa ruangan di dalam gua alami itu, kemudian berlanjut ke dalam terdapat sebuah undakan tangga berujung jembatan yang terbuat dari bambu kuning. Tepat di bawah jembatan bambu itu terdapat mata air. Pantauan detikJabar, sedikitnya ada tiga genangan mata air yang disebut sumur oleh Iwan, di dalam gua tersebut.
"Mata Air Sumur Tirtajaya, Sumur Cikahuripan dan Sumur Zamzam. Sumur Tirtajaya dipercaya untuk kejayaan menangkal santet, teluh dan guna-guna lalu Sumur Cikahuripan, untuk usaha. Lalu Zamzam untuk diminum untuk kesehatan dan keberkahan, karena kemurnian airnya," tutur Iwan menjelaskan.
![]() |
Terkait penamaan Zamzam, Iwan mengatakan hal itu berdasarkan istilah turun temurun dari juru kunci terdahulu yang masih satu garis keturunan dengan Iwan. Sumur Zamzam itu menurutnya bersumber dari seluruh mata air yang ada di Palabuhanratu. Mata air itu bisa dipakai mandi hingga sekedar mencuci muka.
"Kenapa yang di dalam ini tempat dikumpulkannya mata air adanya di tempat itu, ini yang ada di Palabuhanratu. Khasiatnya seperti itu, tapi tetap semuanya juga hakikatnya karena Allah," ujarnya.
Iwan menolak keras ketika mendengar istilah Gua Ratu Karang Pamulang sebagai tempat pemujaan. Bahkan ia mendapat pesan dari juru kunci sebelumnya bahwa tidak boleh ada papan penunjuk atau apapun yang mencirikan tempat tersebut.
"Semuanya kembali kepada diri masing-masing, niatnya masing-masing karena tempat ini hanya sebagai tempat riyadhah, tempat paling ujung ada untuk tawasulan, meminta kepada Allah. Bahkan di tempat ini tidak boleh untuk yang bukan muhrimnya (bersama) ada sekat pria dan wanita," ucap Iwan.
"Semua yang datang ke sini biasanya mendapat bisikan sendiri atau dapat petunjuk dari gurunya. Jadi kami tidak pasang papan atau apapun, yang datang banyak dari Bogor, Bekasi, Indramayu, Banten, Cirebon, Yogyakarta, Solo. Ada yang pakai bus ada juga mobil pribadi," kata dia menambahkan.
Lokasi Gua Ratu Karang Pamulang berada di pinggiran jalan. Untuk mencapai lokasi harus melalui jalan setapak dengan undakan tangga. Posisi gua menghadap Teluk Palabuhanratu, sebuah karang yang menghadap lautan menjadi ciri keberadaan lokasi tersebut.
(sya/mso)