Kampung Sidat, nama sebuah kampung yang berada di Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi. Lokasi kampung ini berdekatan dengan Muara Cimandiri, pesisir Pantai Loji yang dikenal dengan lautan sampahnya.
Dahulu, kampung ini dikenal akan banyaknya ikan sidat yang setiap musimnya bisa dipanen hingga ratusan kilogram. Seiring berjalannya waktu, harga ikan tersebut terjun bebas. Kemunculan ikan-ikan yang konon lezat ketika dimasak dengan cara dipepes tersebut mulai jarang.
"Paling dapat sehari 3 sampai 5 ekor, kalau ambilnya biasa dipancing. Kalau untuk yang kecil biasa pakai Jaring Sirib, kalau sedikit biasanya susah jualnya, jadi saya pelihara dulu sampai ada yang perlu biasanya nyari ke sini," tutur Tami (75), saat berbincang dengan detikJabar, Kamis (2/2).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Tami adalah seorang pemulung di pesisir Loji. Ketika istirahat, ia kerap menyisir Sidat, yang dikenal warga setempat dengan nama Ikan Lubang, itu di Muara Cimandiri. Jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat Tami mengumpulkan hasil memulung.
"Kalau istirahat memulung di Pantai Loji, suka sengaja berburu cari Lubang. Atau ke pagang di dekat sini untuk ngumpulin udang menjangan. Lubang enaknya di pepes, atau digoreng juga bisa. Kalau udang menjangan kebanyakan yang beli untuk umpan mancing, ada juga yang digoreng sampai kering pakai terigu," tutur Tami.
Udang-udang menjangan yang diperoleh Tami berasal dari sebuah kali mati yang berubah jadi semacam bendungan. Di sana terdapat berbagai jenis ikan yang bebas dipancing warga. Pagang yang biasanya berada di tengah laut, juga dipasang di atas kali mati tersebut. Jaring di bagian bawahnya otomatis menangkap berbagai jenis ikan termasuk udang menjangan.
"Dulu banyak yang berburu Ikan Lubang, karena harganya pernah sampai Rp 2,5 juta satu kilonya. Kalau sekarang Rp 300 ribu sudah bagus. Dulu sampai ada pengepulnya datang untuk memborong," sambung Tami.
Tami menyentil rokonya yang sudah habis jauh-jauh, ia kemudian beringsut mengambil boks styrofoam. Ia memperlihatkan sebuah wadah berisi tiga ekor sidat dan udang menjangan dalam kondisi hidup.
"Ini dapat pagi, sengaja saya simpan dalam kondisi hidup, jadi kalau ada yang mau boleh ambil. Sok saja bayarin, ini enak kalau dipepes. Rasanya empuk gurih, lezat pokoknya," tutur Tami mempromosikan hasil tangkapannya.
Belum sempat mengiyakan, dengan sigap ia sudah memasukkan Ikan Sidat dan udang menjangan ke kantong plastik. Ia kemudian menyodorkan plastik ke arah jurnalis detikJabar seraya mengatakan sejumlah harga. "Ambil saja semuanya buat dimasak," ucapnya.
![]() |
Tami mendongak ke langit, matahari tepat di tengah, ia kembali meraih capingnya. "Sekarang waktunya berburu plastik lagi, sampai sore. Sebenarnya kalau air pasang tidak usah bolak-balik, sekali aja cukup. Hanya karena tidak pasang sampahnya sedikit, jadi harus beberapa kali," ujarnya.
Anehnya, ketika istirahat Tami menggunakan sandal, namun ketika kembali memulung ia melepas sandalnya. Bertelanjang kaki ia menyusuri semak-semak menuju pesisir Loji.
"Anak-anak sebenarnya meminta saya beristirahat saja di rumah, namun karena tidak enak diam ya saya kemari lagi. Ya sedikit banyak bisa dapat uang, buat kebutuhan dapur biar tetap ngebul," canda Tami menutup perbincangan dengan detikJabar.
(sya/yum)