Cerita Sang Penunggu Air Pasang dari Sukabumi

Serba-serbi Warga

Cerita Sang Penunggu Air Pasang dari Sukabumi

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Sabtu, 04 Feb 2023 07:36 WIB
Abah Loji, pemburu sampah plastik di pesisir Pantai Loji Sukabumi
Abah Loji, pemburu sampah plastik di pesisir Pantai Loji Sukabumi. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Abah Tami terlihat menatap tajam pesisir, matanya berkeliling melihat lautan sampah yang ada di depannya. Perlahan ia memakai caping dan mengangkat karung yang terbuat dari jaring, satu per satu sampah plastik ia masukan ke dalam jaring.

Kakek berusia 75 tahun itu berhenti sejenak untuk menghela napas panjang lalu kembali melangkahkan kaki telanjangnya menerobos sampah yang menghampar di Pesisir Pantai Loji, Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi.

"Dari jam 01.00 WIB, sambil menunggu air pasang biasanya sampah-sampah plastik terbawa ke pantai. Hanya sepertinya malam tadi yang terbawa kebanyakan sampah kayu," kata Tami saat ditemui detikJabar, Kamis (2/2).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Tami, mayoritas warga di Kampung Sidat bekerja sebagai pemulung. Mengais rezeki dari lautan sampah yang berserakan di pesisir, air pasang adalah berkah bagi dia dan masyarakat setempat.

"Kalau air pasang, sampah yang dibawa banyak. Rupa-rupa jenis sampah plastik yang bisa kita kumpulkan, kalau pasang besar sehari bisa dapat sampah plastik hingga 2 kuintal kalau hari-hari biasa seperti sekarang paling jago bisa dapat 20 kilogram," ujar Tami.

ADVERTISEMENT

Dapat Benda Unik

Berbagai jenis sampah dipilah, kebanyakan gelas plastik dan botol air mineral. Namun ketika pasang banyak benda unik dan langka yang ditemukan dalam kondisi utuh.

"Pernah dapat Citel (panci untuk menanak nasi) utuh, lalu blong (drum plastik). Itu tidak saya jual, tapi saya pakai untuk di rumah," tuturnya.

Tami sebenarnya warga Bagbagan, Kampung Mariuk, Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan, sekitar 4 kilometer dari Kampung Sidat tempatnya berburu plastik. Sebuah bangunan kecil dijadikan tempat penampungan plastik hasil memulung.

"Diambilnya seminggu sekali, satu kilogram kemarin bisa sampai Rp3000,- . Kalau sekarang Rp 2.500,- lumayan hasilnya untuk sehari-hari kebutuhan dapur bisa beli beras dan lauk," lirihnya.

Abah Loji, pemburu sampah plastik di pesisir Pantai Loji SukabumiAbah Loji, pemburu sampah plastik di pesisir Pantai Loji Sukabumi. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)

"Saya sekarang hanya tinggal dengan istri, anak semuanya 5 sudah mencar (berpisah) semua punya cucu 13 orang, jadi sekarang tinggal dengan istri. Karena enggak mau kolot di rumah (menua di rumah), sudah 8 tahun saya mencari sampah plastik," sambungnya.

Tami tidak menampik, air pasang di pesisir Loji yang datang di waktu tertentu adalah berkah. Tidak sedikit warga lainnya yang berlomba mengejar waktu demi mendapat timbunan sampah plastik.

"Kalau sampai pagi air masih pasang, cari sampah plastiknya ada yang sampai pakai perahu. Ada juga yang berburu sampah pesisir. Biasanya kalau Caang bulan (terang bulan) pasti air naik, sampah dari Sungai Cimandiri terbawa air laut kembali ke pantai," ucapnya seraya menyeka keringat.

Matahari di Pantai Loji terasa terik membakar kulit, Tami dengan cepat mengipaskan caping ke arah wajahnya. Matanya mengerling karung jaring yang ia letakkan di sampingnya.

"Sudah cukup dulu ini, mau dibawa dulu ke penampungan untuk dikumpulkan," lirihnya.

(sya/yum)


Hide Ads