Menelisik Asal-usul Kuningan Dijuluki Kota Kuda

Menelisik Asal-usul Kuningan Dijuluki Kota Kuda

Fathnur Rohman - detikJabar
Sabtu, 17 Des 2022 07:00 WIB
Kabupaten Kuningan.
Kabupaten Kuningan (Foto: Fathnur Rohman/detikJabar).
Kuningan -

Tepat pada 1 September 2022 lalu, Kabupaten Kuningan genap berusia 524 tahun. Umurnya memang setua itu, bahkan wilayah ini sudah dimukim saat Kerajaan Sunda masih eksis sebagaimana dituturkan dalam kisah Parahyangan.

Saat membahas Kabupaten Kuningan, mungkin yang akan langsung terlintas di benak masyarakat adalah keindahan alamnya. Ya, terletak di kaki Gunung Ciremai membuat kabupaten ini memiliki destinasi dengan pesona dan keunikannya tersendiri.

Gunung Ciremai seakan menjadi simbol yang tidak bisa dilepaskan begitu saja dari kabupaten ini. Namun, selain puncak tertinggi di Jawa Barat tersebut, nyatanya ada ikon lain yang menjadi trademark dari Kabupaten Kuningan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

'Kota Kuda', begitulah masyarakat luar daerah menyebut wilayah yang berbatasan dengan Cirebon dan Majalengka ini. Julukan tersebut sudah tersemat sejak lama dan secara perlahan menjadi identitas untuk Kabupaten Kuningan.

Tidak ada yang tahu secara pasti sejak kapan Kabupaten Kuningan disebut sebagai Kota Kuda. Berbagai narasi pun menghiasi latar belakang tersematnya sebutan ini. Ada yang menyebut titel itu muncul berkat pemberitaan media lokal setempat.

ADVERTISEMENT

Uniknya meski disebut Kota Kuda, Kabupaten Kuningan bukanlah sentra peternakan kuda. Kendati begitu, menurut salah satu pegiat budaya di Kabupaten Kuningan Dany Andriawan titel itu masih relevan, karena sampai saat ini di Kuningan masih terlestarikannya alat transportasi delman atau andong yang ditarik oleh kuda.

Dany mengungkapkan, sejatinya julukan Kota Kuda yang dikenal luas oleh khalayak berangkat dari simbol kuda yang tercantum pada logo Kabupaten Kuningan. Gambar kuda pada lambang ini memiliki nilai filosofis dan historis yang tinggi.

Seiring berjalannya waktu sebutan Kota Kuda semakin meluas sejalan dengan terkenalnya idiom 'Leutik-leutik Kuda Kuningan', atau bila terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti 'Kecil-kecil Kuda Kuningan'.

"Secara harfiah julukan itu bukan berarti Kabupaten Kuningan pusat peternakan kuda, tetapi karena memang ada di lambang Kabupaten Kuningan," kata Dany kepada detikJabar, Kamis (15/12/2022).

Bagi masyarakat Kuningan, lanjut Dany, titel Kota Kuda erat kaitannya dengan seekor kuda bernama Windu yang menjadi tunggangan hebat milik Adipati Kuningan. Dalam kisah yang amat tersohor, Windu memiliki ketangkasan mumpuni sebagai kuda tempur meski punya postur tubuh lebih kecil ketimbang kuda perang lainnya.

Kehebatan kuda Windu sudah teruji. Dari cerita rakyat yang berkembang, dikisahkan bahwa kuda tersebut telah membantu pasukan Kuningan dalam menjalankan misi-misi penting. Misalnya saat Adipati Kuningan ikut menyerbu benteng Portugis di Batavia.

"Kuda putih bernama Si Windu ini sudah diakui ketangkasannya. Kemudian berbagai pihak menjadikannya simbol yang menjadi spirit dan identitas masyarakat Kuningan. Artinya, walaupun Kabupaten Kuningan adalah daerah kecil tapi bisa berbuat banyak," ujar Dany.

Keberadaan kuda di tengah kehidupan masyarakat Kuningan tidak hanya sebagai kendaraan tempur belaka. Lebih dari itu, kata Dany, kuda telah diadopsi sebagai alat transportasi. Hal itu bisa dilihat dengan adanya aktivitas delman serta masyarakat yang hobi memelihara hewan tersebut.

Sementara itu, Sejarawan Kuningan Tendi menyampaikan keberadaan simbol kuda pada lambang Kabupaten Kuningan merupakan salah satu kebutuhan bagi daerah tersebut untuk memunculkan jati dirinya.

Pada tahun 1970-an saat penyusunan buku sejarah Kuningan, nama kuda muncul dalam ingatan kolektif masyarakat bersamaan dengan simbol Gunung Ciremai, bokor dan sungai. "Kisah historis kuda Kuningan ini jadi jargon yang akhirnya dijadikan lambang atau ikon dalam Perda tahun 1978," ungkapnya.

Seiring dengan dikenalnya Kabupaten Kuningan sebagai Kota Kuda, Tendi berharap agar kelestarian hewan tersebut utamanya yang digunakan sebagai moda transportasi tradisional berupa delman tetap terjaga. Sehingga masyarakat luas dapat memetik pelajaran berarti dari kisah-kisah yang melekat pada kuda di Kuningan.

(mso/bbn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads