Penyebab Matahari 'Datang Kesiangan' di Kampung Heubeul Isuk Bandung

Penyebab Matahari 'Datang Kesiangan' di Kampung Heubeul Isuk Bandung

Yuga Hassani - detikJabar
Minggu, 04 Des 2022 11:00 WIB
Kampung Heubeul Isuk di Spreang, Kabupaten Bandung
Kampung Heubeul Isuk di Spreang, Kabupaten Bandung (Foto: Yuga Hassani/detikJabar)
Bandung -

Suara ayam di pagi hari membangunkan warga Kampung Heubeul Isuk, Desa Sukajadi, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung. Suasana asri di kampung tersebut jauh dari hiruk pikuk perkotaan.

Warga wilayah timur kampung tersebut tidak bisa menikmati cahaya matahari layaknya masyarakat pada umumnya. Matahari di kampung tersebut baru muncul pada siang hari.

Kampung Heubeul Isuk wilayah timur terletak di sebuah bukit yang cukup menjulang. Sehingga mayoritas warga di sebelah timur kampung tersebut terlambat menerima cahaya matahari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Warga Kampung Heubeul Isuk, Jajang (48), mengungkapkan warga di wilayah timur kampung Heubeul Isuk memiliki kebiasaan yang unik. Kebiasaan tersebut adalah menjemur pakaian pada siang hari.

"Masyarakat kalau ngejemur baju, ya suka jam 10-an di sini mah. Jadi pagi-paginya yang nyuci, agak siangan baru dijemur. Tapi ada juga yang langsung dijemur pada paginya. Tapi kan mataharinya juga muncul siang," ujar Jajang saat ditemui detikJabar, Sabtu (3/12/2022).

ADVERTISEMENT

Pihaknya menjelaskan kondisi tersebut berbeda dengan warga Kampung Heubeul Isuk yang bagian bawah atau berada di wilayah Barat. Pada kampung bagian bawah tersebut bisa menerima matahari pada pukul 08.00 WIB.

"Kalau di kampung Heubeul Isuk bawah mah jam 8 juga udah bisa moyan (ngejemur badan). Kalau yang bagian atas mah ya mungkin mataharinya ada sekitar jam 10 atau jam 11 siang," katanya.

"Iyah emang bener. Di sini mah mataharinya jarang muncul subuh. Tapi di sini mah muncul mataharinya sekitar jam 10-an," tambahnya.

Dia menuturkan kejadian yang unik terjadi pada petang. Menurutnya pada kondisi petang wilayah tersebut malah masih terang benderang.

"Terus di sini malahan yang maghribnya malah masih kaya siang. Jadi jam 6-an sore di sini mah masih terang. Soalnya di sananya atau di baratnya gak ketutupin gunung, atau apa, jadi mataharinya masih ada," ucapnya.

Jajang mengaku tinggal di wilayah tersebut sejak tahun 1998. Dirinya pindah ke wilayah tersebut dikarenakan menikah dengan warga asli kampung tersebut.

"Iyah saya tahu informasi itu ya dari istri, terus mertua juga suka ngobrol kaya gitu. Tapi selama saya dari tahun 98, ya emang bener kondisinya kaya gini," bebernya.

Pihaknya menyebutkan mayoritas masyarakat di kampung tersebut adalah bertani. Namun saat ini beberapa warga berkembang memiliki tempat konveksian.

"Mayoritas di sini dulu petani. Sekarang mah ada sebagian yang kerja atau bikin konveksi mandiri. Ya ada lah sekitar 10 konveksi lebih di kampung ini," tuturnya.

Penyebab Matahari 'Datang Kesiangan' di Heubeul Isuk

Sementara itu, Kepala Urusan Umum Desa Sukajadi, Imas Rahayu Sukmana membenarkan bahwa kampung tersebut muncul mataharinya pada siang hari. Menurutnya hal tersebut diakibatkan terhalang oleh bukit yang bernama Heubeul Isuk.

"Matahari mah munculnya tetap sama kaya yang lain. Cuman pas matahari muncul, di wilayah tersebut ketutupin sama bukit Heubeul Isuk. Terus banyak tanaman bambu di wilayah itu juga," kata Imas, saat ditemui detikJabar di kantornya.

"Jadi memang kalau Kampung Cileutik udah agak terang, Heubeul Isuk belum. Dulu mah ada istilahnya kalau Heubeul Isuk itu paginya lama. Soalnya sinar mataharinya lama muncul," tambahnya.

Imas menuturkan kampung Heubeul Isuk ditempai sebanyak ratusan jiwa. Menurutnya data tersebut bertambah dibandingkan beberapa tahun terakhir.

"Jumlah Kartu Keluarga di Kampung Heubeul Isuk kurang lebih sebanyak 91 KK. Kemudian jumlah laki-laki ada sekitar 166 jiwa, terus jumlah perempuan 146 jiwa, jadi semuanya ada sekitar kurang lebih 312 jiwa. Jadi data tersebut berdasarkan dari para RT dan RW," ucapnya.

Dia menyebutkan pada dahulu tidak seramai saat ini. Apalagi saat kakeknya di kampung tersebut masih ada.

"Dulu mah setahu saya di situ sedikit, soalnya kakek saya juga tinggal di situ. Ya kalau dulu ada sekitar beberapa rumah, hanya sesepuhnya aja. Makin sini pasti nambah, soalnya kan beranak pinak lah istilahnya mah," bebernya.

"Sekarang saya udah 51 tahun, pas waktu kecil rumah di situ belum banyak kaya sekarang. Jadi saya mah tinggal di Kampung Cileutik, sebelah kampung Heubeul Isuk," pungkasnya.

(yum/yum)


Hide Ads